ANTIKONVULSI PADA PELAYANAN KEBIDANAN
BAB 1
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini banyak sekali produk-produk kesehatan
yang ditawarkan kepada masyarakat. Dan tidak sedikit pula yang menyasar ibu-ibu
hamil. Sekiranya muncul pertanyaan dalam benak ibu-ibu hamil tersebut, apakah
produk ini aman untuk mereka dan apa bahayanya mengkonsumsi obat tanpa seijin
dokter. Berikut ini akan dibahas mengenai obat-obat yang dapat menimbulkan
dampak negatif bagi kehamilan, baik itu terhadap ibu maupun janinnya, jika
digunakan tanpa petunjuk dokter.
Pada wanita hamil, adalah penting untuk menjaga
kesehatannya dengan jalan mengkonsumsi makanan yang bergizi, istirahat yang
cukup serta melakukan olahraga secara teratur. Dan yang tidak kalah penting
adalah menghindari berbagai zat yang dapat membahayakan dirinya maupun
janinnya. Zat-zat yang dimaksud seperti: obat-obatan, alkohol, dan rokok.
Sekitar lebih dari 90% wanita hamil menggunakan
obat-obatan, baik yang diresepkan oleh dokter ataupun tanpa resep. Secara umum,
kecuali benar-benar dibutuhkan dan dengan ijin dokter, penggunaan obat-obatan
bebas sebaiknya dihindari karena akan berdampak buruk pada janin yang
dikandung. Diketahui pula bahwa di Amerika Serikat sekitar 2-3% dari seluruh
kelainan yang muncul pada bayi baru lahir disebabkan karena penggunaan obat yang
tidak sesuai.
Bagaimana suatu obat dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janin tergantung pada tahap perkembangan janin itu
sendiri dan juga pada kekuatan dan dosis obat yang dikonsumsi. Obat tertentu
yang dikonsumsi pada awal masa kehamilan (dalam 20 hari setelah pembuahan)
dapat berdampak negatif atau malah tidak berdampak sama sekali pada janin. Pada
masa tiga sampai delapan minggu setelah pembuahan, janin sangat rentan
mengalami defek pada pertumbuhannya karena pada masa tersebut organ-organ sedang
dibentuk (organogenesis). Pada periode ini, obat-obatan yang dikonsumsi tidak
dengan petunjuk dokter bisa jadi tidak berdampak apa pun pada janin, atau malah
menyebabkan keguguran, defek pertumbuhan yang nyata, atau pun defek yang
permanen yang baru terlihat setelah bayi lahir. Sedangkan apabila obat-obatan
tersebut dikonsumsi setelah proses organogenesis selesai akan dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan janin.
Sedangkan pada kondisi
normal sinyal-sinyal elektrik yang berjalan di sepanjang sel-sel syaraf di otak
secara normal terkoordinir dengan baik dalam menghasilkan gerakan-gerakan
tertentu. Pada keadaan tertentu sinyal-sinyal elektrik tersebut
dapat secara tiba-tiba melonjak dan tak terkontrol lagi sehingga muncul
gerakan-gerakan ritmis yang tak terkendali bahkan hingga kejang (konvulsi).
1.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan
pengertian Obat Antikonvulsi ?
2. Jelaskan
Mekanisme Obat Antikonvulsi?
3. Jelaskan Golongan
Obat Antikonvulsi?
4. Jelaskan Contoh Obat Antikonvulsi
5. Jelaskan Dosis, Efek Samping, Indikasi dan
Kontraindikasi dari Obat Antikonvulsi
6. Bagaimana
Pemberian Obat Antikonvulsi Pada pelayanan
Kebidanan?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu
memberikan obat pada pasien kejang dalam kebidanan sesuai prosedur yang 5 Tepat.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat
menjelaskan pengertian Obat Antikonvulsi
b. Dapat Mengerti Mekanisme Obat Antikonvulsi
c. Dapat mengetahui Golongan Obat Antikonvulsi
d. Dapat mengetahui Contoh Obat Antikonvulsi
e. Dapat mengetahui Dosis, Efek Samping, Indikasi dan
Kontraindikasi dari Obat Antikonvulsi
f. Dapat memahami secara benar pada pemberian obat Antikonvulsi pada pelayanan Kebidanan
1.4 Manfaat
Penulisan
1.
Manfaat Bagi Mahasiswa
Sebagai salah satu sumber informasi bagi mahasiswa, serta
sebagai salah satu persyaratan dalam untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi.
2.
Manfaat Ilmiah
Sebagai bahan masukan atau informasi bagi bidan, maupun
tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan obat antikonvulsi secara benar.
3.
Manfaat Institusi
Sebagai acuan yang diharapkan dapat bermanfaat dalam
pengembangan institusi dalam pemberian obat antikonvulsi pada pelayanan
kesehatan.
4.
Manfaat bagi Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta
tambahan pengalaman yang sangat berharga dalam penerapan manajemen Pemberian
obat antikonvulsi sesuai prosedur dalam pelayanan kebidanan maupun pelayanan
kesehatan.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1
Pengertian Obat Antikonvulsi
Obat antikonvulsi digunakan untuk pencegahan dan
pengobatan serangan epilepsis, golongan obat ini lebih tepat dinamakan obat antiepilepsi
sebab jarang digunakan untuk gejala konvulsi penyakit lain. Antiepilepsi adalah
obat yang dapat mencegah timbulnya pelepasan muatan listrik yang abnormal di
pangkalnya (fokus) dalam SSP.
Anti
Konvulsi merupakan golongan obat yang identik dan sering hanya digunakan pada
kasus- kasus kejang karena Epileptik. Golongan obat ini lebih tepat
dinamakan ANTI EPILEPSI, sebab obat ini jarang digunakan untuk gejala konvulsi
penyakit lain..
2.2
Mekanisme Obat Antikonvulsi
Terdapat dua mekanisme antikonvulsi
yang penting, yaitu :
1.
Dengan mencegah timbulnya letupan
depolarisasi eksesif pada neuron epileptik dalam fokus epilepsi.
2.
Dengan mencegah terjadinya letupan
depolarisasi pada neuron normal akibat pengaruh dari fokus epilepsi.
Mekanisme
kerja antikonvulsi hanya sedikit yang dimengerti
secara baik. Berbagai obat antikonvulsi diketahui
mempengaruhi berbagai fungsi neurofisiologik otak, terutama yang mempengaruhi
system inhibisi yang melibatkan GABA dalam mekanisme kerja berbagai antikonvulsi.
2.3
Golongan Obat Antikonvulsi
1.
Golongan
Hidantoin
Pada golongan ini terdapat 3 senyawa
yaitu Fenitoin, mefentoin dan etotoin, dari ketiga jenis itu yang sering
digunakan adalah Fenitoin dan digunakan untuk semua jenis bangkitan,
kecuali bangkitan Lena.
Fenitoin merupakan antikonvulsi
tanpa efek depresi umum SSP, sifat antikonvulsinya penghambatan penjalaran
rangsang dari focus ke bagian lain di otak.
2.
Golongan
Barbiturat
Golongan obat ini sebagai hipnotik-
sedative dan efektif sebagai antikonvulsi, yang sering digunakan adalah
barbiturate kerja lama (Long Acting Barbiturates).
Jenis obat golongan ini antara lain
fenobarbital dan primidon, kedua obat ini dapat menekan letupan di focus
epilepsy
3.
Golongan
Oksazolidindion
Salah satu jenis obatnya adalah
trimetadion yang mempunyai efek memperkuat depresi pascatransmisi, sehingga
transmisi impuls berurutan dihambat , trimetadion juga dalam sediaan oral mudah
diabsorpsi dari saluran cerna dan didistribusikan ke berbagai cairan tubuh.
4.
Golongan
Suksinimida
Yang sering digunakan di klinik
adalah jenis etosuksimid dan fensuksimid yang mempunyai efek sama dengan
trimetadion. Etosuksimid diabsorpsi lengkap melalui saluran cerna, distribusi
lengkap keseluruh jaringan dan kadar cairan liquor sama dengan kadar plasma.
Etosuksimid merupakan obat pilihan untuk bangkitan lena.
5.
Golongan
Karbamazepin
Obat ini efektif terhadap bangkitan
parsial kompleks dan bangkitan tonik klonik dan merupakan obat pilihan pertama
di Amerika Serikat untuk mengatasi semua bangkitan kecuali lena.
Karbamazepin merupakan efek
analgesic selektif terutama pada kasus neuropati dan tabes dorsalis, namun
mempunyai efek samping bila digunakan dalam jangka lama, yaitu pusing, vertigo,
ataksia, dan diplopia.
6.
Golongan
Benzodiazepin
Salah satu jenisnya adalah diazepam,
disamping sebagai anti konvulsi juga mempunyai efek antiensietas dan merupakan
obat pilihan untuk status epileptikus.
7.
Golongan
Obat generasi ke 2
Vigabatrin, lamotrigin, gabapentin,
felbamat, tiagabin, topiramat dan zonisamida.
2.4
Contoh Obat Antikonvulsi
Carbamazepine
Carbatrol
Clobazam Clonazepam
Depakene Depakote
Depakote
ER Diastat
Dilantin Felbatol
Frisium
Gabapentin
Gabitril
Keppra
Klonopin
Lamictal
Lyrica
Mysoline
Neurontin
Phenobarbital
Phenytek
Phenytoin
Sabril
Tegretol
Tegretol
XR
Topamax
Trileptal
Valproic Acid
Zarontin
Zonegran
Zonisamide.
2.5
Dosis, Efek Samping, Indikasi dan Kontraindikasi Obat
Antikonvulsi
1.
Fenitoin
(Ditalin,Dilantin)
Zat hipnotik ini terutama efektif
pada grand mal dan serangan
psikomotor, tidak untuk serangan-serangan kecil karena dapat memprofokasi
serangan.
Dosis : oral 1-2x
sehari @ 100-300 mg.
Indikasi : semua
jenis epilepsi,kecuali petit mal, status epileptikus
Kontra indikasi : gangguan
hati, wanita hamil dan menyusui
Efek samping : gangguan
saluran cerna, pusing nyeri kepala tremor, insomnia.
2.
Penobarbital
Zat hipnotik ini terutama digunakan pada serangan epilepsi Grand mal / besar, biasanya dalam kombinasi dengan kafein atau efedrin guna melawan efek hipnotisnya.
Zat hipnotik ini terutama digunakan pada serangan epilepsi Grand mal / besar, biasanya dalam kombinasi dengan kafein atau efedrin guna melawan efek hipnotisnya.
Dosis : oral 3 x
sehari @ 25 – 75 mg maksimal 400 mg (dalam 2 dosis).
Indikasi : semua
jenis epilepsi kecuali petit mal, status epileptikus
Kontra indikasii : depresi
pernafasan berat, porifiria
Efek samping : mengantuk,
depresi mental
3.
Karbamazepin
Senyawa trisiklik ini mirip
imipramin, Digunakan pada epilepsi grand mal dan psikomotor dengan
efektifitasnya sama dengan fenitoin tetapi efek sampingnya lebih ringan.
Dosis : dosis umum carbamazepin untuk pasien dewasa
adalah 100-200 mg dengan frekuensi konsumsi sebanyak 1-2 kali sehari. Ini akan
ditingkatkan secara bertahap hingga 800-1200 mg perhari. Jika dibutuhkan dapat
meningkatkan dosis hingga 2.000 mg perhari.
Indikasi : epilepsi
semua jenis kecuali petit mal neuralgia trigeminus
Kontra indikasi : gangguan
hati dan ginjal, riwayat depresi sumsum tulang
Efek samping :
mual,muntah,pusing, mengantuk, ataksia,bingung, pembengkakan
pada pergelangan kaki.
4.
Klobazam
Adalah
obat yang digunakan untuk mengatasi gangguan kecemasan yang parahserta sebagai
terapi tambahan untuk menangani epilepsi. Dan berfungsi menurunkan tingkat
kecemasan sehingga perasaan gelisah dan tegang yang dialami akan berkurang.
Dosis : untuk dewasa yang
dapat diberikan pada penderita 20-30 mg perhari dengan dosis maksimal 60 mg
perhari. Untuk lansia dosis yang dianjurkan minimal 5 mg perhari dengan
penambahan dosis secara bertahap hingga 10-20 mg perhari.
Indikasi : terapi
tambahan pada epilepsi penggunaan
jangka pendek ansietas, mebantu mengobati gangguan
kecemasan yang parah.
Kontra indikasi : depresi
pernafasan, gangguan hati kronis, untuk wanita hamil dan
menyususi tidaak diperbolehkan dan anak-anak dibawah umur 6 tahun.
Efek samping : mengantuk,
pandangan kabur, bingung, amnesia ketergantungan kadang-kadang nyeri kepala, vertigo hipotensi, demam ringan, batuk tidak berdahak, dan gangguan tidur.
5.
Diazepam
(valium)
Selain bersifat sebagai
anksiolitika, relaksan otot, hipnotik, juga berkhasiat
antikonvulsi.Maka digunakan sbg obat status epileptikus
dalam bentuk injeksi.
Dosis : oral 2 – 3
x sehari @ 2 – 5 mg
Indikasi : status
epileptikus, konvulsi akibat keracunan
Kontra in
Indikasi : depresi pernafasan
Efek samping : mengantuk,
pandangan kabur, bingung, antaksia, amnesia, ketergantungan, kadang nyeri
kepala.
6.
Primidon
(Mysoline)
Strukturnya mirip dengan
fenobarbital dan di dalam hati akan dibiotrasformasi menjado fenobarbital,
tetapi kurang sedatif dan sangat efektif terhadap serangan grand mal dan
psikomotor.
Dosis : Dimulai 4
x sehari @ 500 mg, hari ke 4 250 mg dan hari ke 11 25 mg
Indikasi : penanganan epilepsi gran mal dan psikomotor,
seizure fokal atau jacksonian, dan serangan akinetik
Kontraindikasi : hipersensitifitas, porfiria
intermiten akut.
Efek samping : mengantuk, ataksia, mual, gangguan
penglihatan, dan ruam, sakit kepala.
7.
Etosuksinimid
(Zarontin)
Sangat efektif terhadap serangan
ringan,kerjanya panjang karena praktis tidak terikat dengan protein,
ekskresinya melalui ginjal.
Dosis : dosis untuk anak 3-6 tahun 250 mg/hari untuk dosis awal sedangkan dosis
pemeliharaannya 20 mg/hari. Pada dosis dewasa 2 x sehari @
250-500 mg/hari.
Efek samping : mual, muntah, diare, ketidakseimbangan
tubuh, megantuk, gangguan pencernaan, pusing dan cegukan, gangguan indera
penegcap, melena.
8.
Asetazolamid
(Diamox)
Senyawa sulfonamid ini bersifat
merintangi enzim Carbonic Acid Dehidrase dan sering digunakan sebagai
diuretik. Khasiat anti konvulsinya diperkirakan berdasarkan
meningkatnya ekskresi ion natrium dan bikarbonat serta darah bias
,menjadi asam. Digunakan pada serangan karena kerja fisik (berat).
,menjadi asam. Digunakan pada serangan karena kerja fisik (berat).
Dosis : 2-4 x
sehari @ 250 mg.
Indikasi : Penurunan tekan intraokuler dalam glaukoma
sudut lebar, glaukoma sekunder, dan perioperatif pada glaukoma sudut sempit.
Kontraindikasi : hipokalemia, hiponatremia,
hyperchloraemic acidosis, gangguan fungsi hati berat, gangguan fungsi ginjal,
hipersensitifitas terhadap sulfonamid.
Efek samping : mual, muntah, diare, hematuria,
melena, dan rambut rontok dan kenaikan berat badan untuk remaja putri.
9.
Asam Valproat, Depakene
Derivat asam asetat ini daya anti konvulsinya ditemukan secara kebetulan (Meunier-1963), sebagai obat pilihan
pertama pada serangan ringan, dalam kombinasi dengan
obat lain dapat digunakan untuk serangan grand mal.
Dosis : Dimulai
3-4 x sehari @ 100-150 mg, berangsur dinaikan sampai 2-3 x sehari @ 300-500 mg.
Indikasi : terapi tunggal atau terapi tambahan pada
pengobatan partial seizure (elementary dan kompleks) dan absence seizure.
Kontarindikasi : hipersensitivitas penderita penyakit
hati atau disfungsi hati yang nyata.
Efek samping : gangguan saluran cerna yang
bersifat sementara, oedem pada pergelangan kaki.
2.6
Obat Antikonvulsi Pada Pelayanan Kebidanan
Obat-obatan yang diminum oleh wanita hamil dapat
sampai ke janin dengan melewati plasenta/ari-ari, yang juga merupakan jalur
yang digunakan untuk menyalurkan oksigen dan nutrisi guna pertumbuhan dan
perkembangan janin. Obat-obatan yang dikonsumsi wanita hamil tanpa petunjuk
dokter dapat berdampak buruk pada janinnya oleh karena disebabkan oleh hal-hal
berikut ini:
1.
Secara langsung berdampak pada janin, menyebabkan kerusakan, perkembangan
dan pertumbuhan janin yang abnormal, sampai dengan menyebabkan kematian.
2.
Mengubah fungsi plasenta (ari-ari) dengan jalan mengecilkan atau
mempersempit pembuluh darah sehingga menurunkan suplai oksigen dan nutrisi dari
ibu ke janin. Hal ini selanjutnya akan menyebabkan bayi menjadi kurang berat
badannya dan perkembangannya juga terganggu.
3.
Menyebabkan otot rahim berkontraksi secara dini, sehingga menurunkan
suplai darah ke janin atau memicu kelahiran prematur.
Food and
Drug Administration (FDA), yang berpusat di Amerika Serikat mengklasifikasikan obat
menurut derajat resiko yang dapat ditimbulkan pada janin jika obat-obat
tersebut digunakan secara bebas. Beberapa obat tergolong sangat toksik (highly
toxic) dan sangat dilarang penggunaannya pada wanita hamil. Sebagai contoh
adalah thalidomide. Beberapa dekade yang lalu, obat ini diketahui dapat
menyebabkan gangguan pembentukan lengan atas dan tungkai bawah, serta defek
pada usus halus, jantung dan pembuluh darah.
Sering
pula beberapa jenis obat disubstitusi dengan obat jenis lainnya karena lebih
aman digunakan selama kehamilan, sebagai contoh: untuk jenis antibiotika,
golongan penicillin cenderung aman digunakan pada masa kehamilan. Kemudian
apabila harus memberikan obat-obatan antihipertensi (pada wanita hamil yang
menderita preeklampsia dan atas petunjuk dokter) juga harus diperhatikan secara
ketat, dan dihindari pemberian obatangiotensin converting enzyme (ACE)
inhibitor dan diuretik thiazide, karena kedua obat ini dapat
menyebabkan masalah yang serius pada janin.
Berikut
ini beberapa jenis obat ANTIKONVULSI yang dapat menyebabkan masalah jika
digunakan pada masa kehamilan :
1.
Carbamazepine, phenobarbital, phenytoin: menyebabkan perdarahan pada bayi
baru lahir. Namun dapat dicegah apabila ibu mengkonsumsi vitamin K setiap hari
sebelum persalinan berlangsung atau dengan memberikan injeksi vitamin K pada
bayi baru lahir.
2.
Valproate: dapat menyebabkan bibir sumbing dan defek pada jantung,
tengkorak, tulang belakang.
3.
Trimethadione: menyebabkan keguguran, bibir sumbing dan defek pada
jantung, tengkorak, maupun pada organ abdomen.
Sedangkan pada kasus preeklampsia yang dikarenakan timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema
akibat kehamilan, setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan. Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang dan atau koma
yang timbul bukan akibat kelainan neurologis.
Pada diagnosis eklampsia ditegakkan
berdasarkan gejala-gejala preeklampsia berat disertai gejala nyeri kepala
hebat, gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium atau kenaikan darah
yang progresif.
Pada kasus Eklampsia dapat diberikan
MgSO42 gr/jam dalam drip infus Dextose 5% untuk pemelihaan sampai sampai
kondisi / tekanan darah stabil (140-150 mmHg).Bila timbul kejang, berikan dosis
tambahan MgSO4 2 gr IV
sekurang-kurangnya 20 menit setelah pemberian terakhir. Bila masih tetap
kejang, berikan fenobarbital 250 mg im atau Diazepam 10 mg IV atau amobarbital 3-5 mg/kgBB IV.
BAB 3
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Anti
konvulsi adalah obat yang di gunakan terutama untuk mencegah dan mengobati
bangkitan epilepsi<epilec seizure>.Bangkitan ini biasa di sertai
kejang{konvulsi}. Hiperaktivitas otonom,gangguan sensoris atau psikis.O bat
anti konvulsi di sebut juga obat anti-epilepsi.Epilepsi{berasal dari bahasa
Yunani berarti Kejang}atau di indonesia di kenal dngan penyakit ayan. Ayan
adalah penyakit yang menyerang saraf sehinggaa fungsi saraf terganggu yang
timbul secara tiba-tiba dan berkala,biasa nya di sertai perubahan kesadaran.
Penyebab utama dari epilepsi adalah akibat adanya muatan listrik yang cepat.
4.2
Saran
1.
Petugas Kesehatan
Diharapkan kepada tenaga kesehatan agar
memiliki kompetensi yang baik khususnya bidan agar mampu memberikan obat antikonvulsi sesuai prosedur jika terdapat kasus yang
membutuhkan obat tersebut.
2.
Penulis
Agar dapat meningkatkan pengetahuan maupun
wawasan pembelajaran serta pengalaman dalam ilmu farmakologi pada pemberian obat antikonvulsi terhadap kasus-kasus yang membutuhkan obat
antikonvulsi tersebut khususnya dalam kebidanan.
3.
Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menjadi bahan kajian
maupun referensi dalam menambah ilmu pengetahuan tentang farmakologi
Komentar
Posting Komentar