MAKALAH KEGAWATDARURATAN MATERNAL TENTANG PREEKLAMSI DAN EKLAMSI PADA KEHAMILAN

MAKALAH KEGAWATDARURATAN MATERNAL
TENTANG PREEKLAMSI DAN EKLAMSI
PADA KEHAMILAN


Dosen Pengajar :
Vidia Atika M. SST.,S.Psi.,M.Kes


Kelompok :
1.        Astrid Susanti Prima
2.        Atika Chelviana
3.        Endah Sri Wulandari
4.        Puspita Putri Kumala Sari


UNIVERSITAS KADIRI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI DIV KEBIDANAN TRANSFER
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT dengan limpahan rahmat serta hidayahnya sehingga makalah yang berjudul “Kegawatdaruratan maternal tentang preeklamsi dan eklamsi “ dapat terselesaikan dengan baik.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Kegawatdaruratan Neonatus, Program Studi DIV Kebidanan Transfer UNIVERSITAS KADIRI.
Pada pengantar ini kami ingin mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya kepada :
1.             Ir.Djoko Raharjo, MP selaku Rektor Universitas Kadiri
2.             Siswi Wulandari SST.,S.Pd.,M.Keb selaku ketua prodi DIV Kebidanan Transfer Universitas Kadiri.
3.             Vidia Atika M. SST., S.Psi., M.Kes selaku dosen pengajar mata kuliah Kegawatdaruratan Maternal.
4.             Dan pihak-pihak yang membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini masih kurang sempurna, untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan makalah yang akan datang.


Kediri, 22 Maret 2017


   TIM PENYUSUN



DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................
1.1 Latar Belakang...................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN........................................................................................
2.1 Pengertian Pre-Eklampsia dan Eklampsia..........................................................
2.2 Klasifikasi Pre-Eklampsia dan Eklampsia.........................................................
2.3 Etiologi dari Pre-Eklampsia dan Eklampsia......................................................
2.4 Patofisiologi dari Pre-Eklampsia dan Eklampsia...............................................
2.5 Tanda dan gejala dari Pre-Eklampsia dan Eklampsia........................................
2.6 Komplikasi dari Pre-Eklampsia dan Eklampsia................................................
2.7 Pencegahan dari Pre-Eklampsia dan Eklampsia................................................
2.8 Penanganan Pre-Eklampsia dan Eklampsia.......................................................
2.9 Penatalaksanaan dari Pre-Eklampsia dan Eklampsia.........................................
2.10 Pengobatan dari Pre-Eklampsia dan Eklampsia..............................................
BAB 3 PENUTUP.................................................................................................
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………….
3.2 Saran…………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Preeklampsia dan eklampsia merupakan kesatuan penyakit yang disebabkan oleh kehamilan walaupun belum jelas bagaimana terjadi. Diindonesia preeclampsia, eklampsia, disamping perdarahan dan infeksi masih merupakan sebab utama kematian ibu dan sebab kematian perinatal yang tinggi. (prof.dr. sarwono prawirhadjo, SpOG. 2002).
Angka kematian Ibu dan bayi saat ini masih sangat tinggi. Terutama untuk ibu hamil yang tinggal di desa-desa, selain karena pengetahuan ibu hamil yang kurang dan tidak begitu mengerti tentang kesehatan juga karena perawatan dalam persalinan masih di tangani oleh petugas non medik dan sistem rujukan yang belum sempurna.
Salah satu penyebab dari tingginya mortalitas dan morbiditas ibu bersalin adalah hipertensi yang karena tidak di tangani dengan benar berujung pada preeklsamsia dan eklamsia. Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5 – 15 % penyulit kehamilan. Oleh karena itu, ditekankan bahwa pengetahuan tentang pengelolaan sindroma preeklamsi ringan dengan hipertensi, odema dan protein urine harus benar–benar dipahami dan ditangani dengan benar oleh semua tenaga medis.
Preeklampsia adalah penyakit pada wanita hamil yang secara langsung disebabkan oleh kehamilan. Pre-eklampsia adalah hipertensi disertai proteinuri dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum 20 minggu bila terjadi. Preeklampsia hampir secara eksklusif merupakan penyakit pada multipara. Biasanya terdapat pada wanita masa subur dengan umur ekstrem yaitu pada remaja belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun.
Eklampsia merupakan kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau nifas, yang ditandai dengan timbulnya kejang dan / atau koma. Biasanya Sebelumnya wanita hamil itu menunjukkan gejala-gejala pre-eklampsia (kejang-kejang dipastikan BUKAN timbul akibat kelainan neurologik lain).



1.2    Rumusan Masalah
1.      Jelaskan pengertian Pre-Eklampsia dan Eklampsia ?
2.      Sebutkan Klasifikasi Pre-Eklampsia dan Eklampsia ?
3.      Jelaskan etiologi dari Pre-Eklampsia dan Eklampsia ?
4.      Jelaskan patofisiologi dari Pre-Eklampsia dan Eklampsia ?
5.      Sebutkan apa saja tanda dan gejala dari Pre-Eklampsia dan Eklampsia ?
6.      Sebutkan komplikasi dari Pre-Eklampsia dan Eklampsia ?
7.      Jelaskan pencegahan dari Pre-Eklampsia dan Eklampsia ?
8.      Jelaskan Penanganan dari Pre-Eklampsia dan Eklampsia ?
9.      Jelaskan penatalaksanaan dari Pre-Eklampsia dan Eklampsia ?
10.  Jelaskan pengobatan dari Pre-Eklampsia dan Eklampsia ?

1.3    Tujuan
1.      Tujuan Umum
a.       Mampu menerapkan asuhan keperawatan pasien dengan preeklampsia dan eklampsi.
b.      Menganalisa hubungan antara beberapa faktor risiko terhadap terjadinya PE dan E pada saat kehamilan
2.      Tujuan Khusus
a.       Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada pasien dengan preeklampsia dan eklampsia.
b.      Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada pasien dengan preeklampsia dan eklampsi.
c.       Dapat membuat perencanaan pada pasien dengan preeklampsia dan eklampsia.
d.      Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dan mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada pasien dengan preeklampsia dan eklampsia.

1.4    Manfaat Penulisan
1.         Sebagai salah satu sumber informasi bagi mahasiswa, serta sebagai salah satu persyaratan dalam untuk memenuhi tugas mata kuliah kegawatdaruratan maternal.


2.         Manfaat Ilmiah
Sebagai bahan masukan atau informasi bagi bidan, maupun tenaga kesehatan lainnya dalam menangani kasus khususnya yang berkaitan dengan preeklamsi dan eklamsi.
3.         Manfaat Institusi
Sebagai acuan yang diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan institusi dan penulisan asuhan kebidanan pada preeklamsi dan eklamsi.
4.         Manfaat bagi Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta tambahan pengalaman yang sangat berharga dalam penerapan manajemen asuhan kebidanan, khususnya pada kasus preeklamsi dan eklamsi.





















BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1    Pengertian
1.      Pre eklampsia
Pre-eklampsia atau sering juga disebut toksemia adalah suatu kondisi yang bisa dialami oleh setiap wanita hamil. Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya tekanan darah yang diikuti oleh peningkatan kadar protein di dalam urine. Wanita hamil dengan preeklampsia juga akan mengalami pembengkakan pada kaki dan tangan. Preeklampsia umumnya muncul pada pertengahan umur kehamilan, meskipun pada beberapa kasus ada yang ditemukan pada awal masa kehamilan.
Preeklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi pada triwulan ketiga kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada molahidatidosa ( Winkjosastro, 2006)
Preeklampsia merupakan sindrom spesifik-kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel, yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria (Cunningham et al, 2003, Matthew warden, MD, 2005).
Pre-eklampsia adalah salah satu kasus gangguan kehamilan yang bisa menjadi penyebab kematian ibu. Kelainan ini terjadi selama masa kehamilan, persalinan, dan masa nifas yang akan berdampak pada ibu dan bayi.
Hipertensi (tekanan darah tinggi) di dalam kehamilan terbagi atas pre-eklampsia ringan, preklampsia berat, eklampsia, serta superimposed hipertensi (ibu hamil yang sebelum kehamilannya sudah memiliki hipertensi dan hipertensi berlanjut selama kehamilan).
2.      Eklampsia
Eklampsia berasal dari kata bahasa Yunani yang berarti “halilintar“ karena gejala eklampsia datang dengan mendadak dan menyebabkan suasana gawat dalam kebidanan. Eklampsia juga disebut sebuah komplikasi akut yang mengancam nyawa dari kehamilan ditandai dengan munculnya kejang tonik - klonik, biasanya pada pasien yang telah menderita preeklampsia. (Preeklamsia dan eklampsia secara kolektif disebut gangguan hipertensi kehamilan dan toksemia kehamilan.) (Prawiroharjo,2005).
Eklampsia merupakan kondisi lanjutan dari preeklampsia yang tidak teratasi dengan baik. Selain mengalami gejala preeklampsia, pada wanita yang terkena eklampsia juga sering mengalami kejang kejang. Eklampsia dapat menyebabkan koma atau bahkan kematian baik sebelum, saat atau setelah melahirkan.
Eklampsia adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam persalinan atau masa nifas yang di tandai dengan kejang ( bukan timbul akibat kelainan saraf ) dan atau koma dimana sebelumnya sudah menimbulkan gejala pre eklampsia. (Ong Tjandra & John 2008 ).
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelianan neurologik) dan atau koma dimana sebeblumnya sudah menunjukkan gejala – gejala pre eklampsia (asuhan patologi kebidanan, 2009).
Eklampsia merupakan kasus akut pada penderita preeklampsia, yang disertai dengan kejang menyeluruh dan koma. (ilmu kebidanan, 2010). Eklampsia lebih sering terjadi pada primagravidae dari pada multiparae. Eklampsia juga sering terjadi pada : kehamilan kembar, hydramnion, mola hidatidosa. Eklampsia post partum umumnya hanya terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah persalinan.

2.2    Klasifikasi Pre-Eklampsia dan Eklampsia
1.      Pre Eklamsia dibagi menjadi 2 golongan,yaitu :
a.       Pre Eklamsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:
-          Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang dengan kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih.
-          Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka atau kenaikan berat badan 1 kg atau lebih per minggu.
-          Proteinuria kuantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, kwalitatif 1+ atau 2+ pada urin kateter atau midstream.
b.      Pre Eklamsi berat, bila disertai dengan keadaan sebagai berikut:
-          Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
-          Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.
-          Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam.
-          Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri di epigas­trium.
-           Terdapat edema paru dan sianosis.
2.      Eklampsia menjadi 3 bagian berdasarkan waktu terjadinya eklampsia, yaitu :
a.       Eklampsia gravidarum
-          Kejadian 50% sampai 60 %
-          Serangan terjadi dalam keadaan hamil
b.      Eklampsia parturientum
-          Kejadian sekitar 30 % sampai 50 %
-          Saat sedang inpartu
-          Batas dengan eklampsia gravidarum sukar di tentukan terutama saat mulai inpartu
c.        Eklampsia puerperium
-          Kejadian jarang 10 %
-          Terjadi serangan kejang atau koma seletah persalinan berakhir
Kejang – kejang pada eklampsia terdiri dari 4 tingkat :
1)        Tingkat awal atau aura : Berlangsung 30 – 35 detik, tangan dan kelopak mata gemetar, mata terbuka dengan pandangan kosong, kepala di putar ke kanan atau ke kiri.
2)        Tingkat kejang tonik : Berlangsung sekitar 30 detik, seluruh tubuh kaku (wajah kaku, pernafasan berhenti, dapat diikuti sianosis, tangan menggenggam, kaki di putar kedalam, lidah dapat tergigit).
3)        Tingkat kejang klonik : Berlangsung 1 sampai 2 menit, kejang tonik berubah menjadi kejang klonik, konsentrasi otot berlangsung cepat, mulut terbuka tertutup dan lidah dapat tergigit sampai putus, mata melotot, mulut berbuih,  muka terjadi kongesti dan tampak sianosis, penderita dapat jatuh menimbulkan trauma tambahan.
4)        Tingkat koma : Setelah kejang klonik berhenti penderita menarik nafas, Diikuti yang lamanya bervariasi.



2.3     Etiologi Pre-Eklampsia dan Eklampsia
Penyebab preeklamsi dan eklampsi sampai sekarang belum diketahui. Tetapi ada teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklamsi dan eklampsi yaitu :
1)      Sebab bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan mola hidatidosa.
2)      Sebab bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan
3)      Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus.
4)      Sebab jarangnya terjadi eklampsi pada kehamilan – kehamilan berikutnya
5)      Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.

2.4    Patofisiologi
1.      Pre-Eklampsia
Pada beberapa wanita hamil, terjadi peningkatan sensitivitas vaskuler terhadap angiotensin II. Peningkatan ini menyebabkan hipertensi dan kerusakan vaskuler, akibatnya akan terjadi vasospasme. Vasospasme menurunkan diameter pembuluh darah kesemua organ, fungsi-fungsi organ seperti plasenta, ginjal, hati dan otak menurun sampai 40-60%. Gangguan plasenta menimbulkan degenerasi  pada plasenta dan kemungkinan terjadi IUGR dan IUFD pada fetus. Aktivitas uterus dan sensitifitas terhadap oksitosin meningkat (Maryunani & Yulianingsih, 2010).
Penurunan perfusi ginjal menurunkan GFR dan menimbulkan perubahan glomerulus, protein keluar melalui urine, asam urat menurun, garam dan air ditahan, tekanan osmotik plasma menurun, cairan keluar dari intravaskuler, menyebabkan hemokonsentrasi, peningkatan viskositas darah dan edema jaringan berat dan peningkatan hematokrit. Pada preeklamsia berat terjadi penurunan volume darah, edema berat dan berat badan naik dengan cepat (Maryunani & Yulianingsih, 2010).
Penurunan perfusi hati menimbulkan gangguan fungsi hati, edema hepar dan hemoragik sub-kapsular menyebabkan ibu hamil mengalami nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran atas. Ruptur hepar jarang terjadi, tetapi merupakan komplikasi yang hebat dari preeklamsia, enzim-enzim hati seperti SGOT dan SGPT meningkat. Vasospasme arteriola dan penurunan aliran darah ke retina menimbulkan symtom visual skotama dan pandangan kabur. Patologi yang sama menimbulkan edema serebral dan hemoragik serta peningkatan iritabilitas susunan saraf pusat (sakit kepala, hiperfleksia, klonus pergelangan kaki dan kejang serta perubahan efek). Edema paru dihubungkan dengan edema umum yang berat, kompliksai ini biasanya disebabkan oleh dekompensasi kordis kiri (Maryunani & Yulianingsih, 2010).
2.      Eklampsia
Eklampsia terjadi karena perdarahan dinding rahim berkurang sehingga plasenta mengeluarkan zat-zat yang menyebabkan ischemia uteroplasenta dan peningkatan tekanan darah. Terjadinya ischemia uteroplasenta dan hipertensi menimbulkan kejang atau sampai koma pada wanita hamil.
Pada eklampsia terjadi spasmus pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasmus yang hebat dari arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasmus, maka tekanan darah dengan sendirinya akan naik sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenisasi jaringan dapat dicukupi.
Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui sebabnya, mungkin disebabkan oleh retensi air dan garam,proteinuriamungkin disebabkan oleh spasmus Arteriola sehingga terjadi perubahan glomerulus.
Perubahan pada organ-organ:
a.       Perubahan pada otak
Pada eklampsi, resistensi pembuluh darah meninggi, ini terjadi pula pada pembuluh darah otak. Edema terjadi pada otak yang dapat menimbulkan kelainan serebral dan kelainan pada visus. Bahkan pada keadaan lanjut dapat terjadi perdarahan.
b.      Perubahan pada rahim
Aliran darah menurun ke plasenta menyebabkan gangguan plasenta, sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada pre-eklampsi dan eklampsi sering terjadi bahwa tonus rahim dan kepekaan terhadap rangsangan meningkat maka terjadilah partus prematurus.
c.       Perubahan ada ginjal
Filtrasi glomerulus berkurang oleh karena aliran ke ginjal kurang. Hal ini menyebabkan filfrasi natrium melalui glomerulus menurun, sebagai akibatnya terjadilah retensi garam dan air. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal sehingga pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria dan anuria.
d.      Perubahan pada paru-paru
Kematian wanita pada pre-eklampsi dan eklampsi biasanya disebabkan oleh edema paru. Ini disebabkan oleh adanya dekompensasi kordis. Bisa pula karena terjadinya aspires pnemonia. Kadang-kadang ditemukan abses paru.
e.       Perubahan pada mata
Dapat ditemukan adanya edema retina spasmus pembuluh darah. Pada eklampsi dapat terjadi ablasio retina disebabkan edema intra-okuler dan hal ini adalah penderita berat yang merupakan salah satu indikasi untuk terminasi kehamilan. Suatu gejala lain yang dapat menunjukkan arah atau tanda dari pre-eklampsi berat akan terjadi eklampsi adalah adanya: skotoma, diplopia, dan ambliopia. Hal ini disebabkan perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam retina.
f.       Perubahan pada keseimbangan air dan elektrolit
Pada pre-eklampsi berat dan pada eklampsi : kadar gula darah naik sementara asam laktat dan asam organik lainnya naik sehingga cadangan alkali akan turun. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh kejang-kejang. Setelah konvulsi selesai zat-zat organik dioksidasi sehingga natrium dilepas lalu bereaksi dengan karbonik sehingga terbentuk bikarbonat natrikus. Dengan begitu cadangan alkali dapat kembali pulih normal.








G.b Pathway Patofisiologi Preeklamsi dan eklamsi pada kehamilan
2.5    Tanda dan Gejala Pre-Eklampsia dan Eklampsia
1.      Tanda Pre-Eklampsia
Selain bengkak pada kaki dan tangan, protein pada urine dan tekanan darah tinggi, gejala preeklampsia yang patut diwaspadai adalah :
a.         Berat badan yang meningkat secara drastis akibat dari penimbunan cairan dalam tubuh
b.         Nyeri perut
c.         Sakit kepala yang berat
d.        Perubahan pada refleks
e.         Penurunan produksi kencing atau bahkan tidak kencing sama sekali
f.          Ada darah pada air kencing
g.         Pusing
h.         Mual dan muntah yang berlebihan
i.           Odema
j.           Hipertensi
k.         Proteinuria
Pre-eklampsia ringan
Tanda dan gejala :
a.         Kenaikan tekanan darah sistole 140 mmHg sampai kurang dari 160 mmHg; diastole 90 mmHg sampai kurang dari 110 mmHg
b.         Proteinuria : didapatkannya protein di dalam pemeriksaan urin (air seni)
c.         Edema (penimbunan cairan) pada betis, perut, punggung, wajah atau tangan
Pre-eklampsia Berat
Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya tekanan darah tinggi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Tanda dan gejala pre-eklampsia berat :
a.         Tekanan darah sistolik ? 160 mmHg
b.         Tekanan darah diastolik ? 110 mmHg
c.         Peningkatan kadar enzim hati dan atau ikterus (kuning)
d.        Trombosit < 100.000/mm3
e.         Oliguria (jumlah air seni < 400 ml / 24 jam) 6. Proteinuria (protein dalam air seni > 3 g / L)
f.          Nyeri ulu hati
g.         Gangguan penglihatan atau nyeri kepala bagian depan yang berat
h.         Perdarahan di retina (bagian mata)
i.           Edema (penimbunan cairan) pada paru
j.           Koma
Tanda Eklampsia
Seluruh kejang eklamsia didahului dengan pre eklamsia. Eklamsi digolongkan menjadi kasus antepartum, intrapartum dan post partum, adapun tanda dan gejalanya sebagai berikut:
1.      Eklamsia ringan
-            Peningkatan tekanan darah >140/90 mmHg
-            Keluarnya protein melalui urine (proteinuria) dengan hasil lab proteinuria kuantitatif (esbach) >=300mg/24 jam
-            Kenaikan berat badan lebih dari 1 kg seminggu
-            Bengkak kedua kaki, lengan dan kelopak mata
2.      Eklamsi berat
-            Tekanan darah 160/110 mmHg
-            Proteinuria kuantitatif > = 2 gr/24 jam
-            Terdapat protein di dalam urine dalam jumlah yang signifikan
-            Trombosit kurang dari 100.000/mm3

2.6    Komplikasi Pre-Eklampsia dan Eklampsia
1.      Pre-Eklampsi
Komplikasi yang terjadi pada preeklamsia yaitu antara lain (Mitayani, 2009):
a.         Pada ibu
-            Eklamsia
-            Solusio plasenta
-            Perdarahan subkapsula hepar
-            Kelainan pembekuan darah
-            HELLP syndrome (hemolisis, elevated, liver, enzymes, dan low platelet count)
-            Ablasio retina
-            Gagal jantung hingga syok dan kematian.
b.        Pada janin
-            Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
-            Prematur
-            Asfiksia neonatorum
-            Kematian dalam uterus
-            Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal
2.      Eklampsia
Komplikasi yang terberat ialah kematian ibu dan janin, usaha utama ialah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita eklampsia.
Berikut adalah beberapa komplikasi yang ditimbulkan pada preeklampsia berat dan eklampsia :
a.         Solutio Plasenta : Biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada pre eklampsia.
b.        Hipofibrinogemia : Kadar fibrin dalam darah yang menurun.
c.         Hemolisis : Penghancuran dinding sel darah merah sehingga menyebabkan plasma darah yang tidak berwarna menjadi merah.
d.        Perdarahan Otak : Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal penderita eklampsia.
e.         Kelainan Mata : Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung selama seminggu, dapat terjadi.
f.         Edema Paru : Pada kasus eklampsia, hal ini disebabkan karena penyakit jantung.
g.        Nekrosis Hati : Nekrosis periportan pada preeklampsia, eklampsia merupakan akibat vasopasmus anterior umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklampsia,tetapi ternyata juga ditemukan pada penyakit lain.Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan pada hati,terutama penentuan enzim-enzimnya.
h.        Sindrome Help : Haemolisis, elevatea liver anymes dan low platelet
i.          Kelainan Ginjal : Kelainan berupa endoklrosis glomerulus, yaitu pembengkakkan sitoplasma sel endotial tubulus. Ginjal tanpa kelainan struktur lain, kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.
j.          Komplikasi lain :
-            Lidah tergigit, trauma dan faktur karena jatuh akibat kejang-kejang preumania
-            aspirasi, dan DIC (Disseminated Intravascular Coogulation)
-            Prematuritas
-            Dismaturitas dan kematian janin intro uteri.

2.7         Pencegahan
Usaha pencegahan preklampsia dan eklampsia sudah lama dilakukan. Diantaranya dengan diet rendah garam dan kaya vitamin C. Selain itu, toxoperal (vitamin E,) beta caroten, minyak ikan (eicosapen tanoic acid), zink (seng), magnesium, diuretik, anti hipertensi, aspirin dosis rendah, dan kalium diyakini mampu mencegah terjadinya preklampsia dan eklampsia. Sayangnya upaya itu belum mewujudkan hasil yang menggembirakan. Belakangan juga diteliti manfaat penggunaan anti-oksidan seperti N. Acetyl Cystein yang diberikan bersama dengan vitamin A, B6, B12, C, E, dan berbagai mineral lainnya. Nampaknya, upaya itu dapat menurunkan angka kejadian pre-eklampsia pada kasus risiko tinggi.
Pre eklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan ynag berkelanjutan dengan penyebab yang sama. Oleh karena itu, pencegahan atau diagnosis dini dapat mengurangi kejadian dan menurunkan angka kesakitan dan kematian. Untuk mencegah kejadian Pre eklampsia ringan dapat dilakukan nasehat tentang dan berkaitan dengan: 
1.      Diet-makanan : Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin dan rendah lemak. Kurangi garam apabila berat badan bertambah atau edema. Makanan berorientasi pada empat sehat lima sempurna. Untuk meningkatkan jumlah protein dengan tambahan satu butir telur setiap hari.
2.      Istirahat yang cukup : Istirahat yang cukup pada saat hamil semakin tua dalam arti bekerja seperlunya disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak duduk atau berbaring kearah kiri sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan. 
3.      Pengawasan antenatal (hamil) : Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera datang ke tempat pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan perhatian:
a.       Uji kemungkinan Pre eklampsia:
-            Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya
-            Pemeriksaan tinggi fundus uteri 
-            Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema 
-            Pemeriksaan protein dalam urin 
-            Kalau mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati, gambaran darah umum dan pemeriksaan retina mata. 
b.      Penilaian kondisi janin dalam rahim.
-            Pemantauan tinggi fundus uteri
-            Pemeriksaan janin : gerakan janin dalam rahim, denyut jantung janin, pemantauan air ketuban

2.8    Penanganan
1.      Tujuan  utama penanganan adalah :
a.         Untuk mencegah terjadinya preeklamsi dan eklamsi
b.        Hendaknya janin lahir hidup
c.         Trauma pada janin seminimal mungkin
Pada dasarnya penanganan preeklampsia terdiri atas pengobatan medik dan penanganan obstetrik. Penanganan obstetrik ditujukan untuk melahirkan bayi pada saat yang optimal yaitu sebelum janin mati dalam kandungan, tetapi sudah cukup matur untuk hidup diluar uterus. Setelah persalinan berakhir jarang terjadi eklampsia dan janin yang sudah cukup matur lebih baik hidup diluar kandungan daripada dalam uterus. Waktu optimal tersebut tidak selalu dapat dicapai pada penanganan preeklampsia, terutama bila janin masih sangat prematur. Dalam hal ini diusahakan dengan tindakan medis untuk dapat menunggu selama mungkin, agar janin lebih matur.
2.        Prinsip penanganan preeklampsia dan eklamsi:
a.         Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah
b.         Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklampsia
c.         Mengatasi atau menurunkan resiko janin (solusio plasenta, pertumbuhan janin terhambat, hipoksia sampai kematian janin)
d.        Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera mungkin setelah matur atau imatur jika diketahui bahwa resiko janin atau ibu akan lebih berat jika persalinan ditunda lebih lama.

2.9         Penatalaksanaan
1.        Penatalaksanaan Pre-eklamsi ringan:
a.         Istirahat di tempat tidur masih merupakan terapi utama untuk penanganan preeklampsia
b.         Tidak perlu segera diberikan obat anti hipertensi atau obat lainnya, tidak perlu dirawat kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman 140-150/90-100 mmHg
c.         Pemberian luminal 1 sampai 2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur
d.        Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg / hari
e.         Bila tekanan darah tidak turun dianjurkan dirawat dan diberikan obat anti hipertensi: metildopa 3 x 125 mg/hari (maksimal 1500 mg/hari), atau nifedipin 3-8 x 5 –10 mg / hari, atau nifedipin retard 2-3 x 20 mg / hari atau pindolol  1-3 x 5 mg / hari 9 maks. 30 mg / hari
f.          Diet rendah garam dan diuretika tidak perlu
g.         Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa setiap 1 minggu.
h.         Indikasi rawat jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah rawat jalan, peningkatan berat badan melebihi 1 kg/minggu 2 kali berturut-turut, atau pasien menunjukkan preeklampsia berat.
i.           Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai preeklampsia berat.
j.           Jika ada perbaikan lanjutkan rawat jalan.
k.         Pengakhiran kehamilan ditunggu sampai usia kehamilan 40 minggu, kecuali ditemukan pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta, eklampsia atau indikasi terminasi kehamilan lainnya.
l.           Persalinan dalam preeklampsia ringan dapat dilakukan spontan atau dengan bantuan ekstraksi untuk mempercepat kala II.
2.        Penatalaksanaan Pre-eklamsi berat :
a.         Per-eklamsi berat kehamilan kurang 37 minggu:
Jika janin belum menunjukkan tanda-tanda maturitas paru-paru, dengan pemeriksaan shake dan rasio L/S maka penanganannya adalah sebagai berikut:
-            Berikan suntikan sulfat magnesium dosis 8gr IM, kemudian disusul dengan injeksi tambahan 4 gr Im setiap 4 jam (selama tidak ada kontra dindikasi)
-            Jika ada perbaikan jalannya penyakit, pemberian sulfas magnesium dapat diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai kriteria pre-eklamsia ringan (kecuali jika ada kontraindikasi)
-            Selanjutnya wanita dirawat diperiksa dan janin monitor, penimbangan berat badan seperti pre-eklamsi ringan sambil mengawasi timbul lagi gejala.
-            Jika dengan terapi diatas tidak ada perbaikan, dilakukan terminasi kehamilan: induksi partus atau cara tindakan lain, melihat keadaan.
-            Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan paru janin, maka penatalaksan kasus sama seperti pada kehamilan di atas 37 minggu.
b.        Pre-eklamsi berat kehamilan 37 minggu ke atas:
1)        Penderita di rawat inap
-            Istirahat mutlak dan di tempatkan dalam kamar isolasi
-            Berikan diit rendah garam dan tinggi protein
-            Berikan suntikan sulfas magnesium 8 gr IM (4 gr bokong kanan dan 4 gr bokong kiri)
-            Suntikan dapat di ulang dengan dosis 4 gr setiap 4 jam
-            Syarat pemberian Mg So4 adalah: reflek patela (+), diurese 100cc dalam 4 jam yang lalu, respirasi 16 permenit dan harus tersedia antidotumnya: kalsium lukonas 10% ampul 10cc.
-            Infus detroksa 5 % dan ringer laktat.
2)        Obat antihipertensif: injeksi katapres 1 ampul IM dan selanjutnya diberikan tablet katapres  3x½ tablet sehari.
3)        Diuretika tidak diberikan, kecuali terdapat edema umum, edema paru dan kegagalan jantung kongesif. Untuk itu dapat diberikan IV lasix 1 ampul.
4)        Segera setelah pemberian sulfas magnesium kedua, dilakukan induksi dipakai oksitosin (pitosin atau sintosinon) 10 satuan dalam infus tetes.
5)        Kala II harus dipersingkat dengan ekstrasi vakum dan forsep, jadi wanita dilarang mengedan.
6)        Jangan berikan methergin postpartum, kecuali terjadi pendarahan disebabkan atonia uteri.
7)        Pemberian sulfas magnesium kalau tidak ada kontraindikasi, diteruskan dosis 4 gr setiap 4 jam dalam 24jam post partum.
8)        Bila ada indikasi obstetik dilakukan sectio cesaria.

3.      Penatalaksanaan eklampsia
Prinsip penataksanaan eklamsi sama dengan pre-eklamsi berat dengan tujuan menghentikan berulangnya serangan konvulsi dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah keadaan ibu mengizinkan.
a.         Penderita eklamsia harus di rawat inap di rumah sakit
b.         Saat membawa ibu ke rumah sakit, berikan obat penenang untuk mencegah kejang-kejang selama dalam perjalanan. Dalam hal ini dapat diberikan pethidin 100 mg atau luminal 200mg atau morfin 10mg.
c.         Tujuan perawatan di rumah sakit :
-          Menghentikan konvulsi
-          Mengurangi vaso spasmus
-          Meningkatkan diuresis
-          Mencegah infeksi
-          Memberikan pengobatan yang tepat dan cepat
-          Terminasi kehamilan dilakukan setelah 4 jam serangan kejang terakhir dengan tidak memperhitungkan tuannya kehamilan.
d.        Sesampai di rumah sakit pertolongan pertama adalah:
-            Membersihkan dan melapangkan jalan pernapasan ABC (airway, breathing, circulation)
-            Menghindari lidah tergigit
-            Pemberian oksigen 4-6 liter permenit
-            Pemasangan infus dekstrosa atau glukosa 10 %-20%-40%
-            Menjaga jangan terlalu trauma
-            Pemasangan kateter tetap (dauer kateter)
-            Observasi ketat penderita
-            Dalam kamar isolasi: tenang, lampu redup- tidak terang, jauh dari kebisingan dan rangsangan.
-            Dibuat daftar catatan yang dicatat selama 30 menit: tensi, nadi, respirasi, suhu badan, reflek, dan dieresis diukur. Kalau dapat dilakukan funduskopi sekali sehari. Juga dicatat kesadaran dan jumlah kejang.
-            Pemberian cairan disesuaikan dengan jumlah diuresis, pada umumnya 2 liter dalam 24 jam.
-            Diperiksa kadar protein urine 24 jam kuantitatif

2.10     Pengobatan
1.      Tujuan Pengobatan
-            Untuk menghentikan dan mencegah kejang
-            Mencegah dan mengatasi penyulit, khususnya krisis hipertensi
-            Sebagai penunjang untuk mencapai stabilisasi keadaan ibu seoptimal mungkin
-            Mengakhiri kehamilan dengan trauma ibu seminimal mungkin.
2.      Pengobatan Dibagi Menjadi 2
a.         Pengobatan Konservatif
Sama seperti pengobatan pre eklampsia berat kecuali bila timbul kejang-kejang lagi maka dapat diberikan obat anti kejang (MgSO4).
b.         Pengobatan Obstetrik
-            Sikap dasar : Semua kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri dengan atau tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin.
-            Bilamana diakhiri, maka kehamilan diakhiri bila sudah terjadi stabilisasi (pemulihan) kondisi dan metabolisme ibu.
Setelah persalinan, dilakukan pemantauan ketat untuk melihat tanda-tanda terjadinya eklampsia. 25% kasus eklampsia terjadi setelah persalinan, biasanya dalam waktu 2 – 4 hari pertama setelah persalinan. Tekanan darah biasanya tetap tinggi selama 6 – 8 minggu. Jika lebih dari 8 minggu tekanan darahnya tetap tinggi, kemungkinan penyebabnya tidak berhubungan dengan pre-eklampsia.
3.      Pemeriksaan Penunjang
a.         Pre Eklampsia
-            Pemeriksaan Laboratorium : Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah, Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr% ), Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% ), Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 ).
-            Urinalisis : ditemukan protein dalam urine.
-            Pemeriksaan Fungsi hati : Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl ), LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat, Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul, Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat (N= 15-45 u/ml), Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat (N= <31 u/l ), Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl ).
-            Tes kimia darah : Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )
-            Radiologi
a)      Ultrasonografi : Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.
b)      Kardiotografi : Diketahui denyut jantung janin lemah.
b.        Eklampsia
-            Urine     : Protein, reduksi, bilirubin, sedimen urin.
-            Darah  : Trombosit, ureum, kreatinin, SGOT, LDH dan bilirubin








BAB 3
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.”Y UMUR 28 TAHUN G1P0A0
USIA KEHAMILAN 36 MINGGU DENGAN EKLAMPSIA

3.1     Identifikasi Data Dasar
1)        Data Subyektif
1.         Identitas Pasien
Nama                                    : Ny “Y
Umur                         : 28 Tahun
Nikah/Lamanya        : 1 Kali/ ± 1 Tahun
Suku                          : Jawa
Agama                      : Islam
Pendidikan                : SMA
Pekerjaan                  : IRT
Alamat                      : Jl. Soekarno Hatta
2.         Riwayat Keluhan Utama
Keluarga mengatakan ibu mengalami kejang-kejang sejak 30 menit yang lalu
3.         Riwayat Menstruasi
Menarche      : 12 th
Siklus            : 28 hari teratur
Lama             : 6-7 hari
Jumlah           : Hari 1-3 hbs 3 pembalut/hari, hari 4-7 hbs 2 pembalut/hari
Warna           : Merah kehitaman
Bau               : Khas
Konsistensi   : Cair kadang ada gumpalan
Disminorea    : Ya, pada hari ke 1-2 saat menstruasi
Flour albus    : Ya, 1-2 hari sebelum menstruasi (warna putih, bau khas, dan tidak gatal)

4.         Riwayat Obstetri

No
Kehamilan
Persalinan
Anak
Nifs
ASI
KB
Ke
UK
Penyl
Jenis pers
Penlg
Penylt
sex
BB/PB
H/M

H
A
M
I
L
I
N
I





5.         Riwayat Kehamilan Sekarang
HPHT           : ?
HPL              : ?
Umur Kehamilan 36 minggu
6.         Kunjungan ANC
TM I      : Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya 1 kali kebidan pada usia kehamilan 3 bulan dan tidak ada keluhan, ibu mendapat penyuluhan, kebutuhan nutrisi, istirahat, personal higiene, vitamin dan diberikan obat tablet Fe.
 TM II   : Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya 2 kali ke bidan, tidak ada keluhan apa-apa. Ibu mendapatkan penyuluhan tentang istirahat yang cukup selama kehamilan.
TM III   : Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya 1x ke bidan, ibu mengeluh  gerakan janin makin sering dirasakan dan ibu mendapat penyuluhan tentang tanda- tanda bahaya kehamilan dan tanda-tanda persalinan.
7.         Riwayat Kesehatan
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti Hepatitis, TBC, penyakit menurun seperti asma, kencing manis, hipertensi, dan penyakit menahun seperti Hipertensi dan TBC. Ibu tidak pernah merokok dan minum minuman yang beralkohol.



8.         Riwayat ginekologi
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seksual seperti HIV/ AIDS, kencing nanah, tidak ada tumor kandungan, dan ibu mengatakan belum pernah melakukan pemeriksaan pap smear.
9.         Riwayat Kontrasepsi
Ibu mengatakan belum pernah memakai kontrasepsi apapun karena sering di tinggal suaminya bekerja diluar kota.
10.     Keadaan psikososial dan spiritual
Ibu mengatakan senang dengan kehamilannya, suami dan keluarga mendukung dengan kehamilannya  itu.dalam keluarga yang mengambil keputusan adalah suami. Ibu mengatakan melakukan sholat 5 waktu.
11.     Latar Belakang Sosial Budaya
1)        Ibu mengatakan bahwa bila ada keluarga yang sakit dibawa kepetugas kesehatan dan persalinan ditolong oleh bidan.
2)        Ibu mengatakan dalam kelurga tidak ada kebiasaan tarak makan dan minum jamu-jamuan
12.     Pola Aktivitas
Ibu mengatakan melakukan kegiatan sebagai IRT (menyapu, mencuci pakaian, memasak).
13.     Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari – hari
a.       Pola nutrisi
Sebelum hamil : Ibu mengatakan makan 2-3 kali sehari tiap makan habis 1 piring sedang dengan komposisi nasi, lauk pauk sayur hijau dan buah. Minum 6-7 gelas/hari.
Selama hamil: Ibu mengatakan makan 3 kali sehari tiap makan habis dengan porsi sedang dengan komposisi nasi, lauk pauk ikan, tempe, sayur hijau dan buah-buahan. Minum air putih 7-8 gelas/hari. Dan susu 2x/hari.
b.      Pola eliminasi
Sebelum hamil : BAB 1x/hari, konsistensi lunak, warna kuning, tidak nyeri, bau khas, jumlah sedang BAK 4-5x/hari, warna kuning, tidak nyeri, jumlah sedang, bau khas.
Selama hamil: BAB 1x/hari, konsistensi lunak, warna kuning, tidak nyeri, bau khas, jumlah sedang. BAK 5-6x/hari, warna kuning, tidak nyeri,j umlah sedang, bau khas
c.       Pola aktifitas
Sebelum hamil: Ibu melakukan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, memasak, mencuci, dan mengurus suami.
Selama hamil: Ibu mengatakan masih mengerjakan pekerjaan rumah tangga, hanya saja sedikit dikurangi.
d.      Pola istirahat dan tidur
Sebelum hamil: Ibu mengatakan tidur siang  ±1-2 jam ,tidak ada keluhan.
                          Ibu mengatakan tidur malam  ± 6-7 jam, tidak ada keluhan.
Selama hamil : Ibu mengatakan tidur siang  ± 2 jam ,tidak ada keluhan.
                           Ibu mengatakan tidur malam  ± 7-8 jam, tidak ada keluhan.
e.       Pola personal hygiene
Sebelum hamil : Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari dengan menggunakan sabun, keramas 3 kali seminggu, gosok gigi 2 kali sehari dan ganti baju serta celana dalam 2 kali sehari, BH 2x sehari
Selama hamil :  Ibu mengatakan mandi 3 kali sehari dengan sabun,keramas 3 kali seminggu,gosok gigi 2 kali sehari dengan ganti baju serta celana dalam  dan BH tiap kali mandi.
f.       Pola seksual
Sebelum hamil:  Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual 2-3 kali dalam seminggu, tidak ada keluhan.
Selama hamil:  Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual 1 kali dalam seminggu, tidak ada keluhan.
2)      Data Obyektif
1.        Pemeriksaan umum
Keadaan umum      : Baik                           TTV     :  TD    : 160/110 mmHg
Kesadaran               : Sopor                                     Suhu    : 36˚C
BB sebelum hamil   : 47 kg                                     Nadi    : 100x/menit
BB saat hamil          : 58 kg                                     RR       : 16 x/menit   
TB                           : 157 cm
LILA                       : 25 cm
2.        Pemeriksaan Fisik
Kepala          : Mesochephalus, tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, rambut hitam, lurus
Wajah           : terdapat odema, tidak ada bekas luka, ada nya cloasma grapidarum
Mata             : terbuka tanpa melihat
Hidung         : tidak ada polip, bersih, tidak ada pernapasan cuping hidung
Mulut            : mulut tertutup
Telinga          : simetris, tidak ada serumen, terdapat lubang telinga
Leher            : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, parotis, limfe dan vena jugularis
Dada             : simetris, tidak ada retraksi dinding dada
Payudara      : simetris putting susu menonjol hiperpigmentsi areola mamae
Abdomen     : adanya odema, adanya linea nigra dan strie gravidarum
Genetalia      : Distribusi rambut pubis merata, tidak ada varises, tidak terdapat oedem, tidak ada candiloma akuminata.
Anus             : Tidak ada hemoroid.
Ekstremitas Atas      : terdapat odema, tangan bergetar, jari tangan menggenggam
Ekstremitas Bawah : terdapat odema
3.      Pemeriksaan Khusus
1)        Palpasi Leopold
Leopold I        : Tfu 3 jari diatas pusat, teraba bulat, lunak dan tidak melenting (bokong)
Leopold I        : teraba datar, keras seperti papan  (Punggung kanan)
Leopold III       : bagian terendah janin teraba bulat, keras dan masih bisa di lentingkan (kepala)
Leopold IV     : kepala belum masuk panggul
Osborn Test     : tidak dilakukan

2)        Pemeriksaan  Mc. Donald
Tinggi Fundus Uteri    :  31 cm
TBJ                              : (TFU - N) x 155
                                             : (31– 11) x 155
                                             : 3100 gram
Auskultasi DJJ          : Irreguler
3)        Pemeriksaan Penunjang
Protein urin      : ?

3.2     Interpretasi Data Dasar
Dx                          : Ny. “Y” umur 28 tahun G1P0A0 usia kehamilan 36 minggu dengan eklampsia
Data Subjektif       :
1.         Keluarga mengatakan ibu mengalami kejang-kejang sejak 30 menit yang lalu
2.         Keluarga  mengatakan ibu berusia 28 tahun
3.         Keluarga mengatakan bahwa ini kehamilan yang pertama
4.         Ibu mengatakan tidak pernah keguguran
Data Objektif       :
Keadaan Umum               : tidak baik
Kesadaran                                    : Sopor
Tanda-Tanda Vital           : TD                 : 160/110 mmHg
Nadi                : 110  x/menit
Pernafasan       : 16  x/menit
Suhu                : 360C 


3.3     Antisipasi Masalah Potensial
Dengan adanya tanda-tanda kejang tingkat konvulsi maka dapat berpotensi menjadi koma.



3.4     Identtiifkasi Kebutuhan Segera/Kolaborasi
1.      Mandiri
Membaringkan pasien pada posisi miring kiri.
2.      Kolaborasi
Dengan rekan sejawat (bidan), Pihak transportasi (Ambulance).
3.      Merujuk
Merujuk ke rumah sakit/ fasilitas kesehatan yang lebih memadai.

3.5    Intervensi
1.      Beritahu keluarga pasien bahwa akan dilakukan tindakan
Rasional : dengan memberitahu keluarga pasien petugas kesehatan dapat bebas dari gugatan jika terjadi sesuatu pada pasien.
2.      Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
Rasional  : menghindarkan pasien dari kemungkinan trauma
3.      Beritahu keluarga pasien akan di Pasang infuse
Rasional : dengan memasang infuse dapat memenuhi kebutuhan cairan pasien.
4.      Beritahu keluarga pasien bahwa pasien akan diberikan obat anti kejang
Rasional : dengan pemberian obat anti kejang, kejang dapat mengurangi terjadinya kejang susulan.
5.      Beritahu keluarga pasien bahwa pasien akan dipasangkan oksigen
Rasional : dengan memasng oksigen kebutuhan oksigen pasien terpenuhi.
6.      Baringkan pasien pada sisi kiri
Rasional :  untuk mengurangi resiko aspirasi
7.      Beritahu keluarga pasien bahwa akan di lakukan rujukan
Rasional : dengan dilakukannya rujukan pasien dapat memperoleh pelayanan kesehatan dengan fasilitas lebih lengkap.

3.6    Implementasi
1.         Memberitahu keluarga pasien bahwa akan dilakukan tindakan
Hasil : keluarga menyetujui tindakan yang akan dilakukan
2.      Melindungi pasien dari kemungkianan trauma dengan mengikat pasien tetapi jangan diikat terlalu kuat.
Hasil : Pasien sudah dilindungi dari kemungkinan terjadinya trauma
3.      Memberitahu keluarga psien bahwa akan dipasang infuse RL (Ringer Laktat).
Hasil : Infuse RL (ringer laktat) sudah dipasang pada pasien
4.         Memberitahu keluarga pasien bahwa pasien akan diberikan obat anti kejang berupa MgSO4 dengan syarat pemberian :
-          Frekuensi pernafasan minimal 16x/ menit
-          Reflex patella positif
-          Urun minimal 30ml/jam dalam 4 jam terakhir atau 0,5 ml/kgBB/ jam
-          Menyiapkan ampul Kalsium Glukonas 10%  dam 10 ml
Hasil : Obat anti kejang berupa MgSO4 sudah diberikan kepada pasien.
5.         Memberitahu keluarga pasien akan bahwa pasien akan diberikan oksigen 4-6 liter per menit
Hasil : Oksigen sudah diberikan 4-6 liter per menit.
6.         Membaringkan posisi pasien ke sebelah kiri
Hasli : Pasien sudah dibaringkan ke posisi kiri untuk mengurangi resiko aspirasi.
7.         Memberitahu keluarga pasien akan dilakukan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi
Hasil : Rujukan sudah dilakukan ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi

3.7    Evaluasi
1.      Pasien sudah dilindungi dari kemungkinan terjadinya trauma
2.      Infuse RL (ringer laktat) sudah dipasang pada pasien
3.      Obat anti kejang berupa MgSO4 sudah diberikan kepada pasien
4.      Oksigen sudah diberikan 4-6 liter per menit
5.      Pasien sudah dibaringkan ke posisi kiri untuk mengurangi resiko aspirasi
6.      Rujukan sudah dilakukan ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi



BAB 4
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, odema, dan protein urine yang timbul karena kehamilan, penyakit ini umumnya terjadi dalam trisemster ke-3 kehamilan. Preeklampsia juga merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat menyebabkan kematian pada ibu dan bayi pada masa ante, intra dan post partum. Pre eklamsi merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal. Preeklampsia adalah suatu penyakit vasospastik, yang melibatkan banyak system yang ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi, dan proteinuria.
Eklamsia adalah kejang yang dialami oleh ibu hamil pada usia kehamilan 8-9 bulan. Eklamsia disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya keracunan pada saat mengkonsumsi obat-obatan dan penyakit darah tinggi yang diderita oleh ibu hamil. Selain faktor medisa tersebut, eklamsia bisa disebabkan juga oleh faktor psikis dari sang ibu yaitu, faktor trauma atau ketakutan saat kehamilan sebelumnya.

3.2  Saran
1.      Diharapkan kepada  mahasiswa dapat mempelajari dan memahami tentang penyakit pre-eklampsia dan Eklampsia serta untuk pencegahannya.
2.      Dalam kebidanan, mempelajari suatu penyakit itu penting dan diharapkan kepada mahasiswa mampu membuat konsep teoritis suatu penyakit tersebut beserta asuhan kebidanannya.
3.      Dalam penyusunan makalah kami menyadari bahwa makalah ini sangatlah kurang dari kesempurnaan, maka dari itu kami mengaharapkan kritik dan saran yang membangun agar dalam penyusunan makalah selanjutnya dapat lebih baik




DAFTAR PUSTAKA

·         Hamilton,P.M.1995.Dasar-dasar keperawatan Maternitas.Jakarta : EGC
Doenges, M.E.1999.Rencana asuhan perawatan maternal/bayi.edisi 2.Jakarta : EGC
Reeder,Martin dan grifin kontak.1997.Maternity Nursing: Family new born and women and helath care.8th edisi.Philadephia : Lippincot
Price, S.A.1999.Patofisiologis.edisi 4.Jakarta : EGC
Chapman, Vicky. (2006). Asuhan Kebidanan Persalinan & Kelahiran.Jakarta :EGC
Himpunan Kedokteran Feto Maternal POGI. (2006). Pedoman Pengelolaan Hipertensi dalam Kehamilan di Indonesia, edisi (2). Kelompok Kerja Penyusun
Prawirohardjo, S. (2008).Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP
Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP
Varney, helen. 2006. Buku ajar asuhan kebidanan. Jakarta : EGC














PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN
(SOAP)

IDENTIFIKASI DATA DASAR
Nama                           : Ny “Y
Umur                           : 28 Tahun
Nikah/Lamanya           : 1 Kali/ ± 1 Tahun
Suku                            : Jawa
Agama                         : Islam
Pendidikan                  : SMA
Pekerjaan                     : IRT
Alamat                                    : Jl. Soekarno Hatta

DATA SUBJEKIF (S)
1.      Keluarga mengatakan ibu mengalami kejang-kejang sejak 30 menit yang lalu
2.      Keluarga  mengatakan ibu berusia 28 tahun
3.      Keluarga mengatakan bahwa ini kehamilan yang pertama
4.      Ibu mengatakan tidak pernah keguguran
         
DATA OBJEKTIF (O)
Keadaan Umum                      : tidak baik
Kesadaran                               : Sopor
Tanda-Tanda Vital      :
TD                 : 160/110 mmHg
Nadi              : 110 x/menit
Pernafasan     : 16 x/menit
Suhu              : 360 C
Pemeriksaan fisik:
-          kepala dalam posisi  mesochephalus
-          Terdapat odema pada wajah\
-          Mata terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar
-          Mulut membuka
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan Labolatorium Protein Urin belum di ketahui.

ASSESMENT (A)
Ny. “Y” umur 28 tahun G1P0A0 usia kehamilan 36 minggu dengan eklampsia.

PENATALAKSANAAN (P)
1.        Memberitahu keluarga pasien bahwa akan dilakukan tindakan
Hasil : keluarga menyetujui tindakan yang akan dilakukan
2.        Melindungi pasien dari kemungkianan trauma dengan mengikat pasien tetapi jangan diikat terlalu kuat.
Hasil : Pasien sudah dilindungi dari kemungkinan terjadinya trauma
3.        Memberitahu keluarga psien bahwa akan dipasang infuse RL (Ringer Laktat).
Hasil : Infuse RL (ringer laktat) sudah dipasang pada pasien
4.        Memberitahu keluarga pasien bahwa pasien akan diberikan obat anti kejang berupa MgSO4 dengan syarat pemberian :
-            Frekuensi pernafasan minimal 16x/ menit
-            Reflex patella positif
-            Urun minimal 30ml/jam dalam 4 jam terakhir atau 0,5 ml/kgBB/ jam
-            Menyiapkan ampul Kalsium Glukonas 10%  dam 10 ml
Hasil : Obat anti kejang berupa MgSO4 sudah diberikan kepada pasien.
5.        Memberitahu keluarga pasien akan bahwa pasien akan diberikan oksigen 4-6 liter per menit
Hasil : Oksigen sudah diberikan 4-6 liter per menit.
6.        Membaringkan posisi pasien ke sebelah kiri
Hasil : Pasien sudah dibaringkan ke posisi kiri untuk mengurangi resiko aspirasi.
7.        Memberitahu keluarga pasien akan dilakukan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.
Hasil : Rujukan sudah dilakukan ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi.


TUGAS !
Bidan merujuk pasien berusia 28 tahun G1P0A0 usia kehamilan 36 minggu ke RSU dengan kondisi pasien tidak sadar mengalami kejang-kejang. Hasil pemeriksaan TD : 160/110 mmHg, N : 100 x/menit, R : 16 x/menit. DJJ irreguler, terdapat oedem pada wajah, tangan dan kaki.
INSTRUKSI :
1.        Identifikasi masalah yang terjadi pada perempuan tersebut.
2.        Sebutkan daftar hipotesis untuk setiap masalah yang muncul.
3.        Informasi tambahan apa saja yang anda butuhkan pada kasus perempuan tersebut.
4.        Interview apa saja yang diberikan pada kasus perempuan tersebut.
JAWABAN :
Problem
Hypotesis
More Info
Don’t Know
Learning Issue
G1P0A0 UK 36 minggu, pasien tidak sadar, kejang-kejang.
Hasil pemeriksaan :
TD : 160/110 mmHg, N : 100 x/mnt, DJJ Irreguler, Oedem pada wajah, tangan dan kaki.
G1P0A0 UK 36 minggu dengan eklamsi
1.     GCS
2.     Durasi Kejang
3.     DJJ
4.     PU
5.     HPHT
Patofisiologi
Eklamsi




Patofisiologi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANTIKONVULSI PADA PELAYANAN KEBIDANAN

ASKEB KESPRO DISMINORE