EKSTRA KETRAMPILAN DASAR PRAKTEK KLINIK (DADA DAN ABDOMEN)

EKSTRA KETRAMPILAN DASAR PRAKTEK KLINIK
(DADA DAN ABDOMEN)






BAB 2
PEMBAHASAN
2.1        Pemeriksaan Dada
Pada pemeriksaan dada, yang perlu diketahui adalah garis atau batas didada. Dalam pemeriksaan dada, yang perlu diperhatikan adalah bentuk dan besar dada, kesimetrisan, gerakan dada, adanya deformitas, penonjolan, pembengkakan atau kelainan yang lain. Dada memiliki beberapa bentuk, diantaranya :
1)      Funnel Chest, sternum bagian bawah serta iga masuk kedalam terutama saat inspirasi. Hal ini dapat disebabkan hipertropi adenoid yang berat.
2)      Pigeon chest atau sering disebut dada burung, bagian sternum menonjol kea rah luar, dimana biasanya disertai dengan depresi ventrikel pada daerah kostokodral. Kelainan ini dapat dilihat pada kasus osteoporosis.
3)      Barrel Chest, dada berbentuk bulat seperti tong, sternum terdorong kea rah depan dengan iga-iganya horizontal. Hal ini dapat ditemukan pada penyakit obsttruksi paru-paru, seperti asma, emfisema, dan lain-lain.
Pemeriksaan pada daerah dada yang lain meliputi pemeriksaan payudara, paru-paru dan jantung.
2.1.1        Pemeriksaan Payudara
1)      Inspeksi
Minta klien membuka pakaiannya bagian atas untuk melihat kedua payudara. Klien duduk atau berdiri dengan lengan disamping. Jika mungkin, tempatkan cermin didepan klien selama inspeksi agar ia melihat sendiri cara sadari. Untuk melihat kelainan, klien harus lebih dulu mengetahui tampilan normal payudaranya. Gambarkan pemeriksaan sehubungan dengan garis imajiner yang membagi payudra menjadi 4 kuadran dan satu ekor. Garis akan melewati tengah putting susu. Tiap ekor mencapai keluar dari kuadran luas atas.
Inspeksi payudara untuk melihat ukuran dan kesimetrisannya. Normalnya, payudara berada dari iga ke 3 sampai ke 6 dengan putting susu setinggi ruang interkosta ke 4. Payudara yang lebih kecil sebelah merupakan hal ini normal, tetapi radang atau massa juga dapat menyebabkan pembesaran payudara sebelah. Seiring penuaan, ligament penyokong jaringna payudara akan melemah dan menyebabkan payudara mengendur dan putting menurun.
      Amati kontur dan bentuk payudara, perhatikan massa, perataan, retraksi, atau cekungan. Bentuk payudara bervariasi dari konveks sampai seperti kerucut. Retraksi atau cekungan dapat disebabkan invasi ligamen oleh tumor. Ligament berfibrosis dan menarik kulit diatasnya kedalam menuju tumor. Edema juga mengubah kontur payudara . untuk melihat retraksi, minta klien untuk mengambil tiga posisi, yaitu : mengangkat lengan diatas kepala, menekan tangan dipinggang, dan lengan lurus kedepan sambil duduk dan miring kedepan. Tiap maneuver menyebabkan kontraksi otot pectoral, yang akan memperkuat retraksi.
      Lakukan inspeksi secara hati-hati untuk melihat warna, pola vena, adanya lesi, edema, atau inflamasi. Jika perlu, angkat tiap payudara untuk melihat aspek bawah dan lateral (warna dan perubahan tekstur). Payudara memiliki warna yang sama denga kulit., dan pola vena bilateral sama. Pola vena mudah terlihat pada wanita kurus atau hamil. Wanita dengan payudara besar sering kali berwarna kemerahan dan mengalami ekskoriasai permukaan bawah karena gesekan dengan permukaan kulit.
      Lakukan inspeksi payudara dan areola untuk ukuran, warna, bentuk, cairan dan arah putting susu. Areola normal tampak bulat atau oval dan bilateral. Warna berkisar dari merah muda sampai coklatselama kehamilan dan tampak coklat sebelum kehamilan. Normalnya, putting susu mengarah kearah yang simetris, tampak eversi, dan tidak memiliki cairan. Jika putting susu terbalik, tanyakan apakah ini terjadi seumur hifup. Inverse yang baru mengindikasikan pertumbuhan jaringan bawah. Ruam dan ulserasi tidak normal didapatkan pada payudara atau putting susu. Perhatikan perdarahan atau cairan dari putting susu. Cairan kuning bening 2 hari setelah melahirkan normal ditemukan. Saat menginspeksi payudara, jelaskan karakteristik yang anda lihat. Ajarkan klien mengenai pentingnya tanda atau gejala abnormal.
2)      Palpasi
Palpasi mengkaji kondisi jaringan payudara dan nodus limfanya. Payudara tersusun atas jaringan kelenjar, ligament fibrosis, dan lemak. Jaringan kelenjar tersusun ats lobus yang berujung padda saluran yang terbuka ke putting. Kelenjar terbesar terletak dikuadran atas luar dan ekor tiap payudara. Ligament pendukung menghubungkan kekulit dan fascia dibawahnya untuk mempertahankan posisi tegaknya. Jaringan lemak terletak disuperfisial dan sisi payudara.
Limfa payudara mengalir ke nodus limfa aksial. Jika terjadi metastasisi (penyebaran) lesi kanker, nodus biasanya terlibat. Pelajari lokasi nodus supraklavikula, infraklavikula, dan aksila. Nodus aksila mengalirkan limfa dari dinding dada, payudara, lengan dan tangan. Tumor satu payudara terkadang melibatkan nodus pada sisi yang berlawanan maupun sisi yang sama.
Untuk memalpasi nodus limfa, minta klien untuk duduk dengan tangan disamping dan otot rileks.sambil menghadap klien dan berdiri pada sisi pemeriksaan, sokong lengan klien dalam posisi fleksi dan abduksi lengan dari dinding dada. Tempatkan tangan yang bebas pada dinding dada klien dan tinggi pada cekungan aksila. Dengan ujung jari, tekan perlahan permukaan iga dan otot. Palpasi nodus aksila dengan ujung jari perlahan menggulung jaringan lembut. Palpasi nodus aksila, yaitu: didinding otot pektoralis mayor sepanjang garis aksila anterior; dinding dada di area midaksila; bagian atas humerus; dan pinggir anterior otot latissimus dorsi sepanjang garis aksila posterior.
Nodus limfa normalnya tidak dapat dipalpasi, perhatikan tiap area, dan lihat jumlah, konsistensi, mobilitas, dan ukuran. Satu atau dua nodul kecil, lembut dan tidak nyeri normal ditemukan. Nodus yang terpalpasi terasa sebagai massa yang kecil, keras, nyeri dan tidak dapat digerakkan. Juga palapsi sepanjang penyatuan klavikula atas dan bawah. Balikkan prosedur untuk sisi lainnya.
Konsistensi jaringan payudara normal sangat bervariasi. Payudara dapat terasa keras dan elastic (usia muda) atau kendur dan nodular (usia lebih tua). Penting bagi klien untuk mengenali tekstur payudaranya. Hal ini dapt dicapai lewat sadari.
Lakukan palpasi secara sistematis dalam satu dari tiga cara, yaitu: (1) jari disepanjang tiap kuadran dan ekor, (2) dengan tehnik vertical dimana jari bergerak ke atas dan ke bawah tiap kuadran, atau (3) palpasi dari pusat payudara dalam arah radial, kembali ke areola untuk memulai tiap pemeriksaan.
Saat memalpasi payudara yang besar, gunakan tehnik bimanual. Sokong sisi inferior payudara dengan satu tangan sambil menggunakan tangan lain untuk memalpasi jaringan payudara.
Berikan perhatian khusus saat memalpasi putting dan areola. Lakukan palapasi dengan perlahan dan lembut. Gunakan ibu jari dan telunjuk untuk menekan putting dan perhatikan adanya cairan. Selama pemeriksaan, putting dapat menjadi tegak dengan pengerutan areola. Perubahan ini dianggap normal.

2.1.2        Pemeriksaan Paru-paru
Pemeriksaan paru-paru terdiri atas beberapa langkah ;
1)      Inspeksi, untuk melihat apakah ada kelainan aptologis atau hanya fisiologis dengan melihat pengembangan paru-apru saat bernafas.
2)      Palpasi, untuk menilai:
(1)   Simetris atau asimetris dada, yang dapat diperoleh dari adanya benjolan yang abnormal, pembesaran kelenjar limfe pada aksila, dan lain-lain.
(2)   Adanya fremitus suara, merupakan getaran pada daerah toraks saat anak bicara atau menangis yang sama dalam kedua sis toraks. Apabila suaranya meninggi, maka terjadi konsolidasi seperti dada pneumonia. Apabial menurun, maka terjadi obstruksi, atelektaksis, pleuritis, efusi pleura, dan tumor pada apru-paru. Caranya dengan meletakkan telapak tangan dan kiri pada daerah dada atau punggung.
(3)   Adanya krepitasi subkutis, yaitu udara pada daerah bawah jaringan kulit, adanya krepitasi ini dapat terjadi secara spontan, setelah trauma atau tindakan trakeostomi, dan lain-lain.
3)      Perkusi, dapat dilakukan dengan cara langsung atau tidak langsung. Cara langsung dapat dilakukan dengan mengetukkan ujung jari atau jari telunjuk langsung ke dinding dada. Sedangkan cara tidak langsung dilakukan dengan meletakkan satu jari pada dinding dada dan mengetuknya dengan jari tangan lainnya yang dimulai dari atas ke bawah atau dari kanan ke kiri dengan membandingkannya. Hasil penilaian dari pemeriksaan ini adalah:
(1)   Sonor merupakan suara paru-paru yang normal.
(2)   Redup atau pekak merupakan suara perkusi yang berkurang normalnya pada daerah scapula, diafragma, hati, dan jantung. Suara pekak atau redup ini biasanya terdapat konsolidasi jaringan paru-paru seperti atelektaksis, pneumonia lobaris, dan lain-lain. Pekak pada daerah hati ini terdapat setinggi igha keenam pada garis aksilaris media kanan yang menunjukkan adanya gerkan pernafasan, yakni menurun pada saat inspirasi dan naik pada ekspirasi. Anak dengan ini akan mengalami kesulitan, khususnya dibawah 2 tahun.
(3)   Hipersonor atau timpani yang terjadi apabila udara dalam paru-paru atau pleura bertambah, seperti pada emfisema paru-paru atau pneumotoraks.
4)      Auskultasi, untuk menilai suara nafas dasar dan suara nafas tambahan, yang dilakukan diseluruh dada dan punggung. Bandingkan suara nafas dari kanan ke kiri, kemudian dari bagian atas ke bawah, dan tekan daerah stetoskop yang kuat. Khusus pada bayi, suara nafasnya akan lebih kerasa karena dinding dadanya masih tipis.
2.1.3        Pemeriksaan Jantung
Awalnya, pemeriksaan pada jantung dilakukan dengan inspeksi dan palpasi kemudian perkusi dan auskultasi.
1)      Inspeksi dan palpasi, dari pemeriksaan ini dapat ditentukan:
(1)   Denyut apeks atau aktifitas ventrikel ( lebih dikenal dengan nama iktus kordis) merupakan denyut jantung yang dapat dilihat pada daerah apeks, yaitu sela iga keempat pada garis mid klavikularis kiri atau sedikit lateral. Denyut ini dapat terlihat apabila terjadi pembesaran ventrikel. Apabila pada daerah ventrikel. Apabila pada daerah ventrikel kiri besar, maka apeks jantung bergeser ke bawah dan kelateral.
(2)   Detak pulmonal, merupakan detak jantung yang apabila tidak teraba pada bunyi jantung II, maka dalam keadaan normal. Sebaliknya, apabila bunyi jantung II mengeras dan dapat diraba pada sela iga kedua tepi kiri sternum, maka disebut sebagai detak pulmonal atau pulmonary tapping.
(3)   Getaran Bising (thriil), merupakan getaran pada dinding dada akibat bising jantung keras. Hal ini terjadi pada kelainan organic.
2)      Perkusi dapat dilakukan untuk menilai adanya pembesaran pada jantung (kardiomegali) serta batasan dari orang jantung. Pemeriksaan dilakukan didaerah sekitar jantung dari perifer hingga ke tengah.
3)      Auskultasi pada jantung dilakukan dengan mendengar mulai dari apeks, ke tepi kiri  sternum daerah infra dan supraklavikula kanan/kiri, lekuk suprasternal daerah karotis dileher kanan dan kiri, dan seluruh sisa dada. Pemeriksaan auskulatsi secara tradisional dapat dilakukan didaerah mitral, yaitu di apeks untuk trikuspidalis di paresternal kiri bawah, daerah pulmonal pada sela iga ke dua tepi kiri sternum, dan daerah aorta di sela iga ke dua tepi kanan sternum. Pemeriksaan melalui auskultasi jantung dapat ditentukan dengan adanya:
(1)   Bunyi jantung I karena katup mitral dn trikuspidalis menutup pada permulaan systole 9kontraksi), bersamaan dengan iktus kordis, denyut karotis terdengar jelas di apeks. Bunyi jantung II karena katup aorta dan katup pulmonalis menutup pada permulaan diastole (relaksasi jantung),paling jelas disela iga kedua tepi kiri sternum terpecah pada inspirasi dan tunggal pada ekspirasi). Bunyi jantung III karena vibrasi disebabkan oleh pengisian ventrikel yang cepat (bernada rendah yang terdengar baik diapeks atau parasternal kiri bawah, dan lebih jelas bila miring ke kiri), kemudian abnormal bila ada pengerasan dan takikardia serta iramanya derap. Bunyi jantung IV karena tahanan terhadap pengisian ventrikel setelah kontraksi atrium, (bernada rendah tidak terdengar pada bayi dan anak), keadaan patologis bila ada bunyi derap.
(2)   Irama derap, dapat terdengar apabila bunyi jantung III dan IV terdengar secara keras, kemudian disertai dengan adanya takikardia seperti derap kuda yang berlari.
(3)   Bising jantung, dapat terjadi karena arus darah turbulen, yaitu melalui jalan yang abnormal aytau tempat sempit denga penilaian seperti fase bising antara lain fase sistolik yang terdengar antara bunyi jantung I dan II sedangkan fase diastolic terdengar antara bunyi jantung II dan I, bentuk bising, derajat atau intensitas bising.

2.2  Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan abdomen pada anak dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi. Pemeriksaan auskultasi harus dilakukan terlebih dahulu agar bising usus atau peristaltikusus yang akan didengarkan tidak dipengaruhi oleh stimulus ari luar melalui palpasi atau perkusi. Organ yang diperiksa dalam pemeriksaan abdomen, antara lain hati, ginjal dan lambung.
2.2.1        Inspeksi
Dilakukan untuk menilai ukuran dan bentuk perut. Apabila membuncit simetris, dapat terjadi hipokalemi, hipotiroid, penimbunan lemak, peforasi, asites, dan illeus onbtruktif. Apabila membuncit asimetris maka kemungkinan dijumpai pada poliomyelitis, pembesaran organ intra abdominal, illeus, dan lain-lain. Kemudian, dapat diamati gerkan pada dinding perut.
2.2.2        Auskultasi
Dilakukan dengan menggunakan stetoskop untuk mendengarkan adanya suara peristaltic usus normal yang terdengar setiap 10-30 detik. Peristaltic usus meningkat (nyaring) pada obstruksi traktus gastrointestinal dan menurun pada peritonitis atau illeus. Selain itu, suara bising (bruit) juga kemungkinan terdengar pada seluruh permukaan perut pada koarktasio aorta abdominalis. Apabila suara ini dapat terdengar pada daerah ginjal bagian posterior, kemungkinan terjadi konstriksi salah satu arteri renalis.
2.2.3        Perkusi
Dilakukan melalui epigastrum secar simetris menuju ke bagian bawah abdomen. Dengan penilaian normal (bunyi timpani) pada seluruh lapangan abdomen, sedangkan bunyi abnormal mengindikasikan kemungkinan obstruksi saluran gastrointestinal, illeus, dan lain-lain. Adanya asites dapat diketahui redup yang berpindah perkusi dari umbilicus ke sisi perut (shifting dullness).
2.2.4        Palpasi
Dilakukan dengan monomanual ( satu tangan ) atau bimanual ( dua tangan ), seperti pada palpasi pada lapangan atau dinding abdomen dengan adanya nyeri tekan, ketegangan dinding perut, palpasi pada hati (normal umur 5-6 tahun teraba 1/3 dengan tepi tajam, konsistensi kenyal, permukaan rata, dan tidak ada nyeri tekan), palpasi limfa (normal masih teraba 1-2 cm dibawah arkus kosta) dilakukan dan palpasi ginjal (normal tidak teraba, kecuali pada neonatus) denga meletakkan tanga kiri pemeriksa di bagian posterior tubuh dan jari telunjuk menekan ke atas, sementara tangan kanan melakukan palpasi.

Selain pemeriksaan pada bagian organ diatas, dapat pada dilakukan pemeriksaan pada organ lain seperti pada anus dan rectum, untuk menilai keadaan congenital seperti adanya fisura, polip, atau tanda-tanda  radang. Pemeriksaan lain adalah dengan cara colok dubur dengan posisi tengkurap, fleksi kedua sendi lutut. Gunakan sarung tangan, lali periksa dengan jari.






DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. Aziz alimul. 2008. Ketrampilan Dasar praktik Klinik untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Dinas Kesehatan. 2010.Panduan Pemeriksaan FIsisk Umum. Surabaya: Dinas Kesehatan
Potter & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANTIKONVULSI PADA PELAYANAN KEBIDANAN

ASKEB KESPRO DISMINORE