HIPOSPADIA
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Hipospadia
merupakan kelainan kongenital pada genitalia eksterna yang relatif sering
terjadi pada laki-laki, kira-kira pada 3 diantara 1000 kelahiran anak laki-laki.
Hipospadia dapat terjadi sebagai kelainan yang terbatas pada genitalia externa
saja atau sebagai bagian dari kelainan yang lebih kompleks seperti intersex.
Berbagai teknik dan modifikasi untuk rekonstruksi terhadap hipospadia telah
banyak dilakukan. Karena dalam dan banyaknya pengetahuan mengenai hipospadia,
Dr. John W Duckett Jr., mendefinisikan hipospadiology sebagai suatu ilmu yang
meliputi seni dan pengetahuan mengenai koreksi pembedahan terhadap hipospadia.
Dilaporkan
kasus hipospadia pada seorang laki-laki umur 16 tahun yang dirawat di RS
Wahidin Sudirohusodo yang telah dilakukan operasi hipospadia 2 tahap. Angka
kejadian hipospadia adalah sekitar 1 dari setiap 300 kelahiran hidup bayi
laki-laki. Frekuensi berdasarkan klasifikasi hipospadia adalah 90% untuk tipe
distal, sedang tipe penile, skrotal, dan perineal hanya 10%.
Faktor
hubungan keluarga yang telah diidentifikasi : 8% pasien dengan ayah yang
hipospadia, 14% dari saudara kandung laki-laki yang menderita hipospadia, dan
jika dua dari anggota keluarga dengan hipospadia, resiko terjadinya hipospadia
pada keturunan berikutnya yaitu 21%.
Oleh
karena itu, sangat penting bagi kita untuk mengetahui tentang hipospadia agar
dapat menangani masalah ini.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan hipospadia ?
2. Faktor
apakah yang menyebabkan terjadinya hipospadia ?
3. Bagaimana
diagnosa dan temuan pengkajian pada kasus hipospadia ?
4. Bagaimana
patofisiologi terjadinya hipospadia ?
5. Bagaimana
intervensi dan penatalaksanaan pada hipospadia ?
1.3
Tujuan
1.3.1
Tujuan
Umum
Untuk memenuhi tugas
mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Balita.
1.3.2
Tujuan
Khusus
1. Mendeskripsikan
tentang pengertian dari hipospadia
2. Menjelaskan
faktor penyebab hipospadia
3. Menjelaskan
diagnosa dan temuan pengkajian pada kasus hipospadia
4. Menjelaskan
patofisiologi terjadinya hipospadia
5. Menjelaskan
intervensi dan penatalaksanaan pada hipospadia
1.4
Manfaat
Penulisan
1. Agar
mahasiswa dapat mengetahui tentang pengertian dari hipospadia
2. Agar
mahasiswa dapat mengetahui faktor penyebab hipospadia
3. Agar
mahasiswa dapat mengetahui diagnosa dan temuan pengkajian pada hipospadia
4. Agar
mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi terjadinya hipospadia
5. Agar
mahasiswa dapat mengetahui intervensi dan penatalaksanaan yang dapat dilakukan
pada hipospadia
BAB
2
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Istilah hipospadia berasal dari bahasa
Yunani, yaitu Hypo (below) dan spaden (opening). Hipospadia adalah cacat bawaan
berupa muara ureta (lubang kencing) yang tidak terletak di ujung penis akibat
kegagalan dalam proses pembentukannya. Beberapa variasi lokasi meatus uretra
dapat terjadi, dari glans penis sampai ke perineum. Lokasi meatus uretra
tersebut menunjukan waktu terjadinya gangguan pembentukan.
2.2
Etiologi
atau Faktor Penyebab Terjadinya Hipospadia
a. Faktor
Genetika
Dihubungkan
dengan penurunan sifat genetik. Faktor genetik pada kejadian hipospadia
didukung oleh peningkatan kejadian 8 kali lipat pada kembar monozigot
dibandingkan pada janin tunggal. Penemuan ini mungkin berhubungan dengan
kebutuhan 2 fetus akan Human Chorionic Gonadotropin (HCG) yang diproduksi oleh
satu plasenta, dengan asupan yang tidak adekuat selama periode penting dalam
perkembangan urethra.
b. Faktor
Eksogen
Antara
lain pajanan pranatal terhadap kokain, alkohol, fenitoin, progestin, rubela,
atau diabetes gestasional.
c. Faktor
Herediter
Pada
penelitian terdahulu ( Bauer, Bull et Petit 1979 : quoted in De Sy &
Hoebeke, 1996 ) berkesimpulan bahwa jika ayah dalam satu keluarga dengan
hipospadia, kemungkinan satu dari anak laki-laki menderita hipospadia meningkat
sekitar 8% dan hal yang sama yaitu satu dari kakak kandung laki-laki juga
menderita kelainan yang sama sekitar 12%. Kesimpulannya, resiko pada generasi
berikutnya meningkat sekitar 26% jika dua orang dari keluarga yang sama
menderita hipospadia ( termasuk jika ayah dan satu dari anak laki-laki
menderita hipospadia).
d. Faktor
Endokrin
Penyebab
utama hipospadia adalah adanya defek pada stimulasi androgen dalam perkembangan
penis, dimana termasuk juga pembentukan lengkap urethra dan struktur di
sekitarnya. Defek ini dapat terjadi karena defisit produksi androgen oleh
testis dari plasenta, karena kegagalan enzim 5a-reduktase mengubah testosteron menjadi
dehidrotestosteron atau defisit reseptor androgen di penis ( Liu, Concha,
Russel et al, 2002)
e. Faktor
Lingkungan
Pada
beberapa tahun terakhir, para ahli telah membahas mengenai dampak faktor
lingkungan terhadap reproduksi laki-laki. Hal ini dimulai dengan munculnya
hipotesis yang membahas mengenai faktor eksogen, yang dikenali sebagai
penghambat endokrin, yang dapat menyebabkan timbulnya gangguan differensiasi
seksual ( Toppari, 2002).
Pengaruh
lingkungan terhadap aktivitas estrogen sering dijumpai pada komunitas industri
dan terdapat pada buah yang tercemar pestisida dan sayur-sayuran, estrogen
endogen pada tumbuhan, susu dari induk sapi hamil dan menyusui, dari lapisan
plastik pada kaleng besi dan obat-obatan.
Pada
penelitian oleh Hadziselimolvic pada tahun 2000 mengemukakan mengenai
peningkatan konsentrasi estradiol pada synctiotrophoblas basal plasenta pada
anak laki-laki dengan undesensus testis dibandingkan dengan populasi kontrol.
2.3
Diagnosa
dan Temuan Pengkajian
2.3.1 Diagnosa
Terdapat klasifikasi anatomis yang
berbeda, bergantung pada lokasi muara meatus (glanular, penal shaft, penoskrotal, skrotal, serta perineal) dan derajat gryposis penis. Kasus berat bisa keliru
dengan ambigus genitalia. Anomali penyerta meliputi testis tidak turun dan
hernia ingunalis.
2.3.2 Temuan
Pengkajian
A. Manifestasi
klinis
Lokasi meatus urine yang tidak tepat
dapat terlihat pada saat lahir.
B. Temuan
pemeriksaan diagnostik dan laboratorium
Tidak ada, kecuali terdapat
ketidakjelasan jenis kelamin perlu ditegaskan atau pada kasus-kasus ketika
abnormalitas lain dicurigai.
2.4
Patofisiologi
Terjadinya Hipospadia
· Kelainan
terjadi akibat kegagalan lipatan uretra untuk berdifusi dengan sempurna pada
masa pembentukan saluran uretral embrionik.
· Abnormalitas
dapat menyebabkan infertilitas dan masalah psikologis apabila tidak diperbaiki.
2.5
Intervensi
dan Penatalaksanaan
·
Intervensi
· Hindari
sirkumsisi (Jaringan preputium mungkin diperlukan untuk koreksi bedah
selanjutnya)
· Evaluasi
radiologi sistem urinaria.
· Perbaikan
bedah biasanya dilakukan antara usia 6 sampai 12 bulan.
Tujuan koreksi hipospadia : Pelurusan
komplet penis; Penempatan meatus pada ujung glans; membentuk glans berbentuk
kerucut simetris; Konstruksi uretra dengan diameter seragam; dan menyelesaikan
penutupan kulit yang memuaskan secara kosmetik.
·
Penatalaksanaan
a. Informasikan
orang tua bahwa pengenalan lebih dini adalah penting sehingga sirkumsisi dapat
dihindari; kulit perpusium digunakan untuk bedah perbaikan.
b. Beri
kesempatan orang tua untuk mengungkapkan perasaannya tentang masalah struktural
anak.
c. Persiapan
orang tua dan anak untuk menjalani prosedur bedah yang diinginkan
Perbaikan dengan pembedahan dilakukan
untuk memperbaiki kemampuan anak berdiri selama berkemih, untuk memperbaiki
bentuk penis, dan untuk memelihara keadekuatan seksual. Hai ini biasanya
dilakukan antara usia 6 dan 12 tahun dengan satu atau dua tahap perbaikan.
d. Jelaskan
hasil bedah kosmetik yang diharapkan; orang tua dan anak dapat merasa sangat
kecewa dengan kecacatan fisik ini.
e. Pantau
asuhan dan haluaran cairan dan pola urine, anjurkan banyak minum, pertahankan
kepatenan, dan awasi tindakan pencegahan infeksi jika anak dikateterisasi.
f. Persiapkan
orang tua dan anak untuk pengalihan urine (jika perlu), sementara meatus baru
dibuat.
g. Ajarkan
orang tua bagaimana merawat kateter menetap (jika perlu)
BAB 3
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
1. Hipospadia
adalah cacat bawaan berupa muara ureta (lubang kencing) pembentukannya.
2. Faktor
Penyebab Terjadinya Hipospadia antara lain : faktor genetika, Eksogen,
Herediter, Endokrin, dan Lingkungan.
3. Diagnosa
dan Temuan Pengkajian
·
Diagnosa
Terdapat klasifikasi
anatomis yang berbeda, bergantung pada lokasi muara meatus (glanular, penal shaft, penoskrotal, skrotal, serta
perineal) dan derajat gryposis penis.
·
Temuan Pengkajian
-
Manifestasi klinis
-
Temuan pemeriksaan
diagnostik dan laboratorium
4. Patofisiologi
Terjadinya Hipospadia
· Kelainan
terjadi akibat kegagalan lipatan uretra
· Abnormalitas
5. Intervensi
dan Penatalaksanaan
·
Intervensi : Hindari
sirkumsisi, Evaluasi radiologi sistem urinaria, Perbaikan bedah biasanya
dilakukan antara usia 6 sampai 12 bulan.
·
Penatalaksanaan
-
Informasikan orang tua
-
Persiapan orang tua dan
anak
-
Jelaskan hasil bedah
kosmetik yang diharapkan
-
Pantau asuhan dan
haluaran cairan dan pola urine
-
Persiapkan orang tua
dan anak
-
Ajarkan orang tua
bagaimana mera
Saran
Sebagai pelajar kesehatan dan bidan
diharapkan kita mampu mengenali kelainan – kelainan reproduksi baik reproduksi
wanita maupun reproduksi laki – laki. Sehingga dalam melaksanakan tugasnya
bidan mampu memberikan pelayanan sesuai standart asuhan kebidana.
DAFTAR
PUSTAKA
§
Haws, Paulette
S.2007.Asuhan Neonatus : Rujukan Cepat.Jakarta : EGC
§
Muscari, Mary
E.2005.Panduan Belajar : Keperawatan Pediatrik.Jakarta : EGC
Komentar
Posting Komentar