KB ALAMIAH SPERMISIDA


BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
Tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan semakin kompleks sebagai dampak positif kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan hasil pembangunan bangsa Indonesia. Masyarakat semakin peka terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu dan semakin tahu haknya tentang pelayanan yang seharusnya mereka terima termasuk pelayanan KB yang menjadi tugas utama tim kesehatan.
Sesuai dengan hasil survey pelayanan kontrasepsi nasional ternyata lebih dari 80% penduduk bertempat tinggal didesa dan 61% persalinannya ditolong oleh dukun sedangkan 32% ditolong oleh tim medis. Dengan demikian dapat diperkirakan bahwa 93% pelayanan KB didaerah pedesaan ditangani oleh tenaga kesehatan termasuk yang berpraktek swasta.`
Bagi kaum wanita yang menyukai kepraktisan dan merasa kurang menyukai efek samping penggunaan kontrasepsi hormonal, jenis kontrasepsi non hormonal bisa dijadikan alternatif. Berdasarkan hasil penelitian, minyak biji mimba dapat berfungsi sebagai spermisida atau pembunuh sperma. Penggunaa obat-obat spermatisida ungtuk tujuan kontrasepsi telah dikenal sejak zaman dahulu. Berbagai bahan telah digunakan dalam berbagai bentuk untuk dimasukkan ke dalam vagina. Dengan demikian, dapat dimanfaatkan sebagai kontrasepsi alami non hormonal.
Penelitian dilakukan terhadap sperma dari 20 ekor tikus, 8 ekor kelinci, 14 ekor kera, dan orang relawan. Hasilnya, sperma tidak mampu bergerak atau tidak motil setelah30 detik kontak dengan minyak mimba. Data ini menunjukkan bahwa minyak mimba yang digunakan secara intravaginal sebelum melakukan hubungan seks dapat mencegah terjadinya kehamilan. Penelitian pendukung lainnya adalah studi histopalogiterhadap beberapa jaringan organ reproduksi. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada tanda-tanda gangguan pada jaringan vagina, cervix (leher rahim), dan uterus (kantung rahim). Penelitian lain dengan menggunakan radioisotope menunjukkan bahwa minyak mimba tidak diserap vagina. Namun, masalah utama adalah baunya yang kurang enak karena mengandung belerang. Masalah ini dapat dihilangkan dengan cara memberi pengharum.
Dengan demikian, masyarakat semakin peka terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu dan semakin tahu haknya tentang pelayanan yang seharusnya mereka terima termasuk pelayanan KB yang menjadi tugas utama tim kesehatan.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1         Apa pengertian Spermisida?
1.2.2         Apa saja keuntungan dan kerugian Spermisida?
1. 2.3        Apa Manfaat dari Spermisida?
1.2.4         Bagaimana Penanganan Efek Samping spermisida?
1.2.5         Bagaimana Cara kerja dan Cara pemakaian yang benar pada Spermisida?
1.2.6         Apa Indikasi dan Kontraindikasi Spermisida?
1.2.7         Bagaimana Efektifitas dari Spermisida?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keluarga Berencana (KB).
1.3.2 Tujuan khusus
Agar mahasiswa mengetahui dan memahami tentang spermisida dari pengertian,keuntungan, kerugian, manfaat,penanganan efek samping,cara kerja,pemakaian spermisida yang benar, indikasi,kontraindikasi dan efektifitas dari spermisida.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1          Manfaat Praktis
 Memberikan kontribusi ilmu pengetahuan bagi instansi pelayanan kesehatan   tentang Keluarga Berencana (KB).
1.4.2          Manfaat Teoritis
   Sebagai referensi bagi mahasiswa untuk menambah pengetahuannya tentang KB terutama mengenai kontrasepsi diantaranya spermisida.

                                                                                       
BAB II
PEMBAHASAN
2.1                    PENGERTIAN
Spermisida adalah zat-zat kimia yang kerjanya melumpuhkan spermatozoa di dalam vagina sebelum spermatozoa bergerak ke dalam traktus genitalia interna. Dan sebagai dasar mekanis yaitu sebagai menghalangi spermatozoa dan sebagai dasar kimiawi sebagai imobilisasi / mematikan spermatozoa.
Agens aktif yang terkandung dalam sebagian besar sediaan spermisida adalah nonoksinol-9. Agens ini membuat sperma menjadi tidak aktif, tetapi tidak terbukti sebagai mikrobisid vagina yang efektif. Karena zat kimia di dalam spermisida beracun bagi sel – sel epitel normal pada vagina, penggunaan sediaan spermisida yang sering dan dalam waktu lama dapat merusak sel epitel vagina serta ulserasi vagina. Pada keadaan seperti ini wanita terhadap virus HIV. Alergi terhadap nonoksinol-9 merupakan kontraindikasi terhadap penggunaan spermisida.
Bagian terbesar dalam sediaan spermisida adalah bahan dasar yang lembam (tidak mempunyai efek terapi)., yang berfungsi sebagai kendaraan pengangkut. Bahan dasar yang tidak reaktif ini juga berfungsi sebagai blok mekanik pada tulang serviks. Sebagian besar sediaan spermisida memiliki PH asam 4,5 menciptakan lingkungan vagina yang tidak nmendukung bagi semen yang sedikit alkali. Keadaan ini sangat penting bagi ostium serviks eksterna, karena sekresi serviks perlahan – lahan menjadi alkali saat terjadi ovulasi dan kemudian dapat menerima sperma.
Beberapa sediaan spermisida di buat dan di rancang sedemikian rupa dan dengan disertai petunjuk penggunaan. Sediaan di gunakan bersama kondom saja dan tidakdigunakan bersama diafragma. Beberapa spermisida lain di buat hanya untuk di gunakan bersama diafragma atau servical cap dan tidak boleh di gunakan bersama kondom dan sediaan yang berbahan dasar minyak dapat meningkatkan kemungkinan kondom menjadi rusak dan mengurangi keutuhan kondom. Bidan harus menekankan kepada wanita pentingnya membaca petunjuk yang disisipkan dalam setiap produk spermisida.
Semua sediaan spermisida memperlihatkan gambaran umum tertentu: mampu membuat sperma tidak bergerak dan dapat membunuh sperma, menyebar luas didalam vagian begitu penis memasuki vagina, dan pembentukan permukaan film pada bagian belakang vagina yang akan mengahalangi aktivitas koitus. Sediaan spermisida di masukkan dekat serviks, dan gerakan coitus menyebarkan agens tersebut keseluruh vagina dan di atas serviks. Namun, kemungkinan kegagalan kontrasepsi yang berhubungan dengan penyebaran yang tidak adekuat merupakan hal yang saling berkaitan dalam metode ini.
Selain gambaran diatas, masing-masing sediaan memiliki karakteristik yang khas. Karakteristik tersebut terdapat pada setiap jenis sediaan: jeli dank rim, busa aerosol, supositoria, spon dan film.  Dua jenis sediaan spermisida yang lain jarang di gunakan dan sulit di temukan di Amerika serikat, tetapi banyak di gunakan di Negara lain dan di sampaikan disini sebagai informasi umum; tablet busa vagina serta spons dan foam.

2.2              KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN SPERMISIDA
2.2.1    Keuntungan Spermisida
1.      Aman
2.      Sebagai kontrasepsi pengganti/cadangan untuk wanita dengan kontra-indikasi pemakaian pil oral, IUD, dan lain-lain
3.      Efek pelumas pada wanita yang mendekati menopause disamping efek proteksi terhadap kemungkinan menjadi hamil
4.      Tidak memerlukan supervise medic
2.2.2    Kerugian Spermisida
1.      Angka kegagalan relative tinggi ( umumnya kegagalan di sebabkan oleh pemakaian yang tidak konsisten )
2.      Harus digunakan segera sebelum senggama, bahkan ada spermisid vaginal yang perlu waktu 5 – 30 menit agar spermisid-nya sudah bekerja, sehingga mengganggu “main cinta” pasangan tersebut
3.      Karena harus di letakkan dalam –dalam / tinggi di vagina, ada wanita yang segan untuk melakukannya
4.      Harus di berika berulang kali untuk senggama yang berturut-turut
5.      Dapat menimbulkan iritasi atau rasa panas/terbakar pada beberapa wanita
2.3           MANFAAT SPERMISID
Alat kontrasepsi spermisida ini memberikan manfaat secara kontrasepsi maupun non kontrasepsi:
a)      Manfaat kontrasepsi
1. Efektif seketika (busa dan krim).
2. Tidak mengganggu produksi ASI.
3. Sebagai pendukung metode lain.
4. Tidak mengganggu kesehatan klien.
5. Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
6. Mudah digunakan.
7. Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual.
8. Tidak memerlukan resep ataupun pemeriksaan medik.
b)      Manfaat non kontrasepsi
Memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual termasuk HBV dan HIV/AIDS.Keterbatasan
1. Efektifitas kurang (bila wanita selalu menggunakan sesuai denganpetunjuk, angka kegagalan 15 dari 100 perempuan akan hamil setiap tahundan bila wanita tidak selalu menggunakan sesuai dengan petunjuk makaangka kegagalan 29 dari 100 perempuan akan hamil setiap tahun).
2. Spermisida akan jauh lebih efektif, bila menggunakan kontrasepsi lain(misal kondom).
3. Keefektifan tergantung pada kepatuhan cara penggunaannya.
4. Tergantung motivasi dari pengguna dan selalu dipakai setiap melakukanhubungan seksual.
5. Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah spermisida dimasukkansebelum melakukan hubungan seksual.
6. Hanya efektif selama 1-2 jam dalam satu kali pemakaian.
7. Harus selalu tersedia sebelum senggama dilakukan.


2.4              PENANGANAN EFEK SAMPING
Pemakaian alat kontrasepsi spermisida juga mempunyai efek samping danmasalah lain. Di bawah ini merupakan penanganan efek samping danmasalah-masalah yang timbul akibat pemakaian spermisida.
Efek Samping Atau Masalah Penanganan:
• Iritasi vagina atau iritasi penis dan tidak nyaman Periksa adanyavaginitis dan penyakit menular seksual. Bila penyebabnya spermisida,sarankan memakai spermisida dengan bahan kimia lain atau bantumemilih metode kontrasepsi lain.
• Gangguan rasa panas di vagina Periksa reaksi alergi atau terbakar.Yakinkan bahwa rasa hangat adalah normal. Bila tidak ada perubahan,sarankan menggunakan spermisida jenis lain atau bantu memilihmetode kontrasepsi lain.
• Tablet busa vaginal tidak larut dengan baik Pilih spermisida laindengan
komposisi bahan kimia berbeda atau bantu memilih metodekontrasepsi lain.
2.5                 CARA KERJA DAN CARA PEMAKAIAN YANG BENAR PADA  SPERMISID
2.5.1      Cara Kerja pada Spermisida
1. Menyebabkan sel selaput sel sperma pecah.
2. Memperlambat motilitas sperma.
3. Menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.
v  TIAP SPERMISIDA MEMPUNYAI DUA KOMPONEN
1.      Zat pembawa/pengangkut ( vehicle, carrier ) yang inert
2.      Zat spermisid yang aktif
1.      Zat Pembawa/Pengangkut yang inert
Ada 7 macam pembawa/pengangkut yaitu:
a.       Jelly
-          Dibuat dari bahan yang larut dalam air, misalnya gelatin
-          Akan mencair pada suhu badan dan dengan cepat menyebar di dalam vagina
-          Daya perlindungan di capai segera setelah pemberian
b.      Cream
-          Dibuat dari lemak yang tidak larut dalam air, misalnya gliserin, stearat
-          Setelah di masukkan ke dalam vagina, cream tetap berada pada tempatnyadan tidak menyebar lebih jauh
-          Daya perlindungan di capai segera setelah pemberian
c.       Foam/Busa
-          Akan mengisi vagina dengan gelembung-gelembung busa yng mengandung spermisid-nya
d.      Tablet Busa ( Foam table )
-          Dengan adanya secret vagina, tablet busa akan menghasilkan CO2 yang selanjutnya akan menyebarkan spermisid-nya
-          Memerlukan waktu 10 menit sebelum boleh bersenggama
-          Tablet busa yang terkenal : Tablet Neo Sampoon
e.       Suppositoria yang akan meleleh ( Melting suppositoria )
-          Dapat berbentuk yang larut dalam air atau yang berbahan dasar lilin yang tidak larut dalam air
-          Akan meleleh pada suhu badan
-          Perlu menunggu 5 – 30 menit sebelum boleh senggama
f.       Suppositoria Busa
-          Seperti tablet busa, dengan adanya secret vagina akan mengahsilkan gelembung – gelembung CO2 yang akan menyebarkan spermisid-nya
-          Memerlukan waktu 10 menit sebelum boleh bersenggama
g.      Soluble film
-          Memakai polyvinyl alcohol dan gliserin atau bahan – bahan lainnya
-          Berbentuk plastic mentyeruapi kertas, berukuran 2x2 inci, mengandung 72 mg nonoxynol-9, dilipat sekali kemudian di masukkan ke dalam vagina 5 menit sebelum mulai bersenggama
-          Contohnya: C-film ( di Eropa dan USA )
2.      Zat Spermisid yang Aktif
Ada tiga golongan daya kerjanya :
1)      Surfactants ( Surface acting )
-          Surface acting agens = zat-zat kimiawi yang bekerja pada permukaan sel
-          Menempel pada spermatozoa lalu menghambat pengambilan oksigen dan fructolysis
-          Aksi primernya adalah memecah dinding sel spermatozoa
-          Yang sekarang sering di pakai:
ü  Nonoxynol-9
ü  Octoxynol-9
ü  Menfegol ( Neo Sampoon )
2)      Bakterisida
-          Bekerja dengan menggabungkan diri dengan gugus Sulfur dan hydrogen di dalam spermatozoa, sehingga mengganggu metabolism sel spermatozoa
-          Contohnya: phenyl Mercuric Asetat ( PMA )
3)      Derajat keasaman yang tinggi
-          Contohnya: asam laktat, asam borat, asam citrun dan lain – lain
2.5.2      Cara Pemakaian Yang Benar Pada Spermisida
Agar supaya mendapatak efektifitas yang sebesar-besarnya, spermasid harus di gunakan dengan benar pada setiap senggama.
1.      Letakkan spermisidnya setinggi/ sedalam mungkin didalam vagina, sehingga akan menutupi serviks
2.      Tunggulah waktu yang di tentukan/diperlukan sebelum mulai bersenggama, agar supaya spermisidnya telah tersebar dengan baik didalam vagina bagian ats dan sekeliling serviks
3.      Gunakan spermisid tambahan setiap kali mengulangi senggama pada saat yang sama
4.      Jangan melakukan pembilasan vagina ( douching ) paling sedikit 6-8 jam setelah senggama selesai.
2.6              INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI SPERMISID
2.6.1      Indikasi Spermisida
1.   Tambahan/Adjuvan pada metode barier (kondom, diafragma )
2.   Tambahan/Adjuvan pada metode rhythm
3.   Tambahan/Adjuvan pada IUD selama masa subur
4.   Tambahan/Adjuvan pada kontrasepsi hormonal pada saat awal dari siklus pertama atau bila lupa minum 2 tablet atau lebih
5.   Sebagi metode temporer sebelum menggunakan metode sistematik atau sebelum insersi IUD
6.   Fertilitas rendah atau tersanka infertile pada wanita yang telah dapat/bersedia menggunakan metode barier
7.   Senggama yang jarang.
2.6.2      Kontraindikasi Spermasida
Ø  Absolut
1.      Kebutuhan akan suatu metode dengan efektivitas yang tinggi karena alas an yang kesehatan, pribadi atau social
2.      Penghentian Sexual foreplay akan menghambat/menghalangi minat seksual
3.      Ketidakmampuan penerimaan estetik pada salah satu partner
4.      Alergi terhadap isi spermisid
5.      Alergi local kronis, kontak dermatitis  genitalia, eksema genetalia, psoriasis dan lain – lain dermatosis genitalia
Ø  Relative
1.      Penghentian sexual foreplay akan mengganggu senggama
2.      Fertilisassi tinggi
3.      Dispareunia
4.      Vaginismus
Ø  Temporer
1.      Vaginitis akut/sudakut oleh karena sebab apapun, meskipun sedang dalam pengobatan
2.      Penyakit menular aktif/tersangka
3.      Kondiloma akuminata, dermatitis simpleks, proritus genitalia, herpes genetalai
4.      Urethritis, sistitis, disuria, pyuria.


2.7       EFEKTIVITAS
Angka kegagalan : 11-31 %
Efek samping dan komplikasi ;
1.      Belum pernah di laporkan terjadinya efek samping yang serius ( spermisid telah di pakai selama > 60 tahun
2.      Yang mungkin terjadi:
a.       Reaksi alergi, baik pada wanita maupun pria
b.      Supossitoriatidak meleleh atau tidak membentuk busa di dalam vagina
3.      Yang masih menjadi kontroversi adalah kemungkinan terjadinya :
a.       Kelainan congenital janin ( efek teratogenik )
b.      Perubahan air susu ibu
c.       Efek sistemik ( masuknya spermisid ke dalam aliran darah )
Tetapi sampai saat ini belum di temukan bukti – bukti yang menyokong hal – hal tersebut.
Efek Non-Kontraseptif :
1.      In-vitro spermisid dapat membunuh mikroorganisme yang bertanggung jawab atas terjadinya penyakit akibat hubungan seks, termasuk Gonorrhea, Tricomonas, Herpes dan Chlamydia ; dan juga membunuh HIV ( Human Immunodeficiency Virus, penyebab AIDS )
2.      Maka sekarang di anjurkan untuk menggunakan Spermicidal Latex Kondom ( telah beredar di USA kondom latex + spermisidal nonoxynol-9 0 dalam upaya menambah perlindungan terhadap penularan HIV
3.      Kemungkinan timbulnya PID pun lebih kecil





BAB III
PENUTUP

3.1      Kesimpulan
Tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan semakin kompleks sebagai dampak positif kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan hasil pembangunan bangsa Indonesia. Bagi kaum wanita yang menyukai kepraktisan dan merasa kurang menyukai efek samping penggunaan kontrasepsi hormonal, jenis kontrasepsi non hormonal bisa dijadikan alternative antara lain spermisida yaitu zat-zat kimia yang kerjanya melumpuhkan spermatozoa di dalam vagina sebelum spermatozoa bergerak ke dalam traktus genitalia interna.
Spermisida juga mempunyai keuntungan, kerugian, manfaat, dan bagaimana cara penggunaaan spermisida, cara kerja, indikasi, kontraindikasi, efektifitas serta macam-macam dari spermisida.
3.2           Saran
Sebagai pelajar dan seorang bidan harus memahami tentang kontrasepsi baik hormonal serta nonhormonal seperti spermisida. Sehingga seorang bidan mampu menjalankan asuhan yang sesuai dengan standart asuhan kebidanan dan mampu mengaplikasikan ilmunya di masyarakat.








DAFTAR PUSTAKA
Ø  Helen, Varney. 2006. Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
Ø  Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi Cet.5. Jakarta : pustaka sinar harapan
Ø  Saifudin, Abdul Bari. 2004. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ASKEB KESPRO DISMINORE

PERUBAHAN IKLIM